Islamoderat.com ~ Jakarta kembali geger setelah KPK menyeret salah satu staf gubernur DKI Jakarta yang bernama Sunny Tanuwijaya, dan Ahok terang-terang pasang badan membela Sunny. Ada apa sebenarnya?? Berikut alasan kenapa Ahok pasang badan bela Sunny dalam kasus reklamasi.
Kasus dugaan korupsi pembahasan Raperda zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) dan Raperda tata ruang strategis Jakarta Utara sudah menyeret tiga orang menjadi tersangka. Mereka adalah Ketua Komisi D DPRD DKI M Sanusi, Presdir Agung Podomoro Ariesman Widjaja dan satu perantara.
Teranyar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencekal Sunny Tanuwidjaja yang merupakan staf Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait kasus dugaan korupsi pembahasan Raperda zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) dan Raperda tata ruang strategis Jakarta Utara. Sunny Tanuwijaya itu disebut menjadi penghubung antara Ahok dan pihak pengembang, PT Agung Podomoro Land.
Ketika pertama disinggung, Ahok mengatakan Sunny tak mempunyai jabatan apapun. Sunny juga tak menjabat bidang apapun sejak Ahok menjabat Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2014.
Diceritakan Ahok, Sunny berada di Balai kota hanya untuk kepentingan disertasi mengenai politik Ahok untuk studi S3 di salah satu Universitas Amerika Serikat. Segala tindak tanduknya, Sunny selalu ingin tahu dan memantau.
Katanya, mulai dari bertemu dengan bos-bos perusahaan, aksi Ahok berseteru dengan DPRD, sampai gaya kepemimpinannya yang suka marah dan meledak-ledak. Ahok menilai, dengan segala yang dilakukannya saat ini, apakah bisa membawanya kembali menjadi DKI 1 tahun depan.
"Dia mau magang, kita enggak gaji dia, dia mau ketemu semua bos, mau berantem sama DPRD, dia mau tahu gaya politik Ahok bisa menang, enggak pakai duit lawan semua orang," kata Ahok, Kamis (7/4).
Namun, malam harinya ketika Sunny sudah cekal KPK, Ahok menyebut kalau sosok itu bukan anak magang. Pernyataan itu tentu berbeda dengan sebelumnya.
"Enggak, dia bukan anak magang juga. Dia mau bikin tesis, lama-lama kita kayak temen saja kan. Dia datang, kita enggak bayar dia gaji. Aku bilang sih dia lebih condong kayak temen. Bisa saja orang sebut staf khusus karena sering bolak-balik ke sini," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (7/4).
Terkait isu Sunny juga dekat dan berkomunikasi dengan bos-bos dan konglomerat, Ahok menjawab bahwa dia pernah menjadi peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS). Namun keluar dari CSIS dan bekerja di perusahaan milik Peter Sondakh.
"Kan memang di lingkungan itu. Lingkungannya bantu CSIS, dulu. Enggak, keluar. Lalu kerja sama Peter Sondakh," terang Ahok.
Ditambahkannya, selama mengikuti Ahok, Sunny selalu melihat rekam jejak politiknya. Bahkan sebelum Ahok memutuskan akan maju menjadi wakil gubernur pun, Sunny sudah ikut bersamanya. Sunny, kata Ahok terkesan dengan gaya berpolitik Ahok.
"Dia cuma pengen tahu gimana berpolitik gaya saya. Terpilih enggak sih. Waktu saya kepilih jadi wagub, waktu dia atas, liat Monas kan 'wah gue enggak pernah nyangka lo jadi wagub, gaya lo kayak begitu' dia bilang," tuturnya.
Namun, pada Jumat (8/4) pandangan Ahok soal Sunny kembali berubah. Ahok pun mengakui kalau Sunny adalah stafnya.
"Saya tidak ada staf pribadi sebenernya, tapi saya punya belasan staf. Sakti, Michael, Melva, dan lain-lain. Kalau Sakti mengurusi media, Sunny lebih banyak kasih advice politik karena dia CSIS (Center for Strategic and International Studies)," kata Ahok.
Untuk masukan politik, Ahok menilai Sunny jago di bidang itu karena latar belakangnya yakni doktor bidang politik. Dia mengaku ingin fair akan mendengar masukan siapapun termasuk Sunny soal gerak politik dan dinamikanya.
"Ini bahasa kampung saya, kalau bodoh nurut kalau pintar ngajar. Jadi saya sama staf saya sederhana, kalau anda lebih pintar ajarin saya kalau lebih bodoh saya ajarin," tegasnya.
Meski mendapat masukan dari Sunny, namun Ahok membantah bila dia mempengaruhi setiap putusan yang diambil, termasuk soal maju secara independen dalam Pilgub DKI tahun depan. Suami Veronica Tan itu mengaku tak segan mengusir siapapun yang memaksakan masukan yang diberikan agar diikuti Ahok.
"Bagi saya, Sunny siapa pun terserah mau kasih masukan tapi ga bisa pengaruhi saya. Anda masih masukan yang ngeyel, saya usir dari tempat saya. Saya kan tidak bodoh-bodoh amat," terangnya.
Diceritakan Ahok, setelah namanya diseret-seret oleh Sanusi, Sunny curhat dan mengatakan itu fitnah. Ucapan Sanusi bahwa Sunny adalah perantara pun dibantah.
"Saya sudah tanya, tidak ada (atur pertemuan dan kebijakan). Dia bilang itu fitnah. Sekarang Sanusi bilang gara-gara Sunny ngatur," tegas Ahok.
Hal itu dapat dibuktikan dari video rapat yang telah diunggah ke laman Youtube, di mana Ahok lah yang berperan dalam memberikan arahan kepada anak buahnya terkait pembahasan raperda itu bukan Sunny.
"Orang disposisi saya keras semua kok. Semua diupload di Youtube, saya bisa nonton. Yang paling terbuka pejabat rapat yang terkenal itu cuma saya. Semua rapat kebijakan anda bisa nonton," imbuhnya.
Dia pun menyatakan, tak masalah bila KPK akan memeriksa Sunny untuk membuktikan apakah benar kesaksian Adik Wakil Ketua DPRD DKI Mohammad Taufik itu dalam BAP-nya.
"Makanya KPK kalau butuh penjelasan Sunny, buktikan saja. Kalau benar harus tanggung jawab," terang mantan politisi Gerindra ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang mengatakan, pencekalan terhadap Sunny lantaran kerap disebut dalam berita acara pemeriksaan terkait kasus suap Raperda reklamasi teluk Jakarta. Selain Sunny, KPK juga mencekal Direktur PT Agung Sedayu Group, Richard Halim Kusuma terkait kasus tersebut.
"Ada didengar dalam beberapa kesempatan (pemeriksaan) nama itu (Sunny Tanuwidjaja)," kata Saut.
Namun, Saut mengatakan, penyidik KPK masih menyelidiki peran Sunny dalam kasus suap yang menyeret mantan Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi, Personal Assistant PT APL Trinanda Prihantoro, dan Presiden Direktur PT APL Ariesman Widjaja tersebut.
"Tapi siapa dia, penyidik yang tahu," pungkasnya.