Islamoderat.com ~ Beraneka rupa pengalaman orang Indonesia berpuasa di negeri orang. Di Korea Selatan, mungkin bukan ujian makan-minum, namun menahan pandangan. Di Shanghai China, ada yang bingung tentang imsak -- waktu menjelang subuh khas Indonesia.
Ujian puasa Ramadan di Korea Selatan ini disampaikan oleh Husny Mubarok Amir yang sedang ke negeri itu atas undangan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) dalam rangka program safari Ramadan. Husny mendampingi warga Nahdliyin dan komunitas muslim lain untuk lebih mengenal ajaran Islam yang moderat.
"Ada keluhan yang sudah menjadi seperti guyonan di sini, banyak dari mereka yang bilang ke saya, 'Kang, Ustad, atau Bang, di sini cobaannya berat banget, kalo cuaca panas sih kita bisa lewatin, kadang yang susah itu menahan pandangan. Kalau musim panas kaya gini kan wanita-wanita Korea senangnya pakai celana yang pendek-pendek. Gimana dong?'" demikian tulis Husny dalam emailnya ke detikcom yang ditulis Selasa (29/6/2015).
Husny kalem dan tenang saja menjawab pertanyaan itu. "Sambil senyum saya menjawab, 'Sabar, ujiannya gede, pahalanya juga gede'," ujarnya.
Selain menghadapi pertanyaan seperti itu, Husny juga berkesempatan mengunjungi masjid-masjid di Korsel seperti di Baran Hwaseong, Incheon, Ittaewon, Uijeongbu atau Yongin. Di masjid-masjid di kawasan itu Husny merasakan rasa persaudaraan antar muslim.
"Terlihat kental sekali persaudaraan sesama muslim Indonesia di sini, mereka laksana para santri yang berbaur sedemikian akrab, masak bersama untuk sahur dan berbuka, dan kemudian tarawih berjamaah," tuturnya.
Puasa di Korea Selatan itu memang panjang, Subuh pukul 03.15 dan Magrib pukul 20.00. Apalagi, di Korea Selatan sedang musim panas. Namun, umat muslim baik dari Indonesia atau komunitas muslim Korea Selatan sendiri sangat antusias menjalankan puasa Ramadan.
"Cuaca yang panas, wilayah kerja dan pekerjaan yang begitu berat. Di Korea ini banyak juga para tenaga kerja Indonesia yang meskipun mereka para pekerja berat, namun tetap menjalankan ibadah puasa, tidak menghalangi mereka untuk tetap berpuasa. Meskipun ada juga mereka yang menjadi pelajar atau mahasiswa, bahkan juga turis seperti saya," tutur Husny.
Soni Susanto yang bepergian ke Shanghai, China, pada 22-27 Juni 2015 juga punya cerita. Awalnya, dia bermaksud tidak berpuasa karena sedang safar atau bepergian jauh.
"Tapi rencana itu berubah karena saya takut punya utang puasa. Lagi pula tanggal 4-11 Juli nanti saya harus kembali lagi ke sini. Kalau dijumlah jika saya tidak ikut puasa bisa lebih sepertiga bulan, akan berat untuk meng-qada’nya di luar bulan Ramadan," tulis Sony dalam emailnya.
Akhirnya, dia berkukuh memutuskan untuk tetap berpuasa. Namun hari pertama melakukan puasa tanggal 22 Juni, Soni terkejut karena waktu Imsak di Shanghai berbeda dengan di Indonesia.
"Saya kaget karena saat mencari info imsakiyah, ternyata Subuh. Mulai puasa pukul 03.13 dan Magrib pukul 19.03, waktunya beda dari Jakarta. Tapi karena sudah niat untuk ibadah puasa, Alhamdulillah puasa bisa juga dijalankan," tandas Soni.
sumber detik