Ini Ustadz DPP HTI Gagal Paham Soal Islam Nusantara


Islamoderat.com ~ Istilah 'Islam Nusantara' belakangan ini menemukan momentum popularitasnya, terutama setelah PBNU mengangkatnya menjadi tema Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, pada 1-5 Agustus 2015. Banyak pihak tutur memberikan tanggapan terhadap 'Islam Nusantara'.

Kelompok yang anti terhadap NKRI pun turut ikut berkomentar. Misalnya dari pihak Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Tetapi pihak HTI ternyata mengalami kegagalan berfikir terhadap istilah 'Islam Nusantara'. Hal itu terungkap saat seorang anggota Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Shiddiq Al-Jawi menyampaikan penolakannya terhadap Islam Nusantara.

Dalam sebuah video yang diupload di Youtube berjudul "TERBONGKAR! ISLAM NUSANTARA SEBUAH KESALAHAN BERFIKIR" (28/6/2015) yang merupakan cuplikan video diskusi peradabana yang digelar HTI, Shiddiq Al-Jawi (HTI) berupaya menjawab pertanyaan tentang Islam Nusantara. Tetapi sayangnya, Shiddiq Aljawi gagal memahami istilah tersebut.

Benarkah Istilah Islam Nusantara Salah?
DPP HTI mengatakan bahwa istilah Islam Nusantara merupakan istilah yang salah salah, karena menurutnya, Islam itu universal, kaffah, 'alamiyah, tidak bisa dilokalkan. "Istilah ini salah, tidak boleh karena apa ? Islam itu universal, tidak bisa dilokasisikan, atau istilah ini terlalu kasar, dilokalkan. karena itu Islam universal, tidak boleh kemudian ada Isla Nusantara, nanti kalau boleh, ada Islam Malaysia, Islam Australia, bahkan mungkin nanti lebih kecil lagi, Islam Nusantara nanti bisa macam-macam", kata Shiddiq Aljawi.

Pandangan DPP HTI justru yang keliru. KH Afifuddin Muhajir, Guru utama Fiqh dan Ushul Fiqh di Ma’had Aly Pesantren Salafiyah As-Syafi’iyyah, Sukorejo, Situbondo, setelah menguraikan mengenai ajaran-ajaran Islam, khususnya mengenai syari'at, mengatakan bahwa istilah Islam Nusantara sah secara istilah.

"Dalam pengertian hukum yang terakhir ini kita sah dan wajar menambahkan pada ‘Islam’ kata deiksis, seperti Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam Mesir, dan seterusnya. Makna Islam Nusantara tak lain adalah pemahaman, pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syari’at, dan ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara", jelas KH Afifuddin Muhajir yang merupakan Katib Syuriyah PBNU.

Menurutnya,  dalam istilah “Islam Nusantara”, tidak ada sentimen benci terhadap bangsa dan budaya negara manapun, apalagi negara Arab, khususnya Saudi sebagai tempat kelahiran Islam dan bahasanya menjadi bahasa Al-Qur’an. Ini persis sama dengan nama FPI misalnya, saya benar-benar yakin kalau anggota FPI tidak bermaksud bahwa selain mereka bukan pembela Islam.


KH. Yahya Cholil Staquf mengungkap bahwa penolakan atau pemusuhan terhadap Islam Nusantara timbul dari orang-orang yang memang tidak ingin bangsa dan negara kokoh. "Maka sikap permusuhan terhadap Islam Nusantara jelas lahir dari akal yang lebih mblenyek ketimbang terong gosong. Lha wong Terong Gosong saja mendukung Islam Nusantara dengan riang-gembira kok! Silahkan perhatikan, dari kelompok mana saja munculnya permusuhan itu. Kita bisa dengan mudah sampai kepada kesimpulan bahwa mereka itu orang-orang yang tidak ingin bangsa dan negara ini kokoh-lestari. Terlalu gamblang bahwa propaganda permusuhan terhadap Islam Nusantara itu beraroma bujukan agar kita mengabaikan jati diri kebangsaan kita", tutunya,


Semantara Wasekjend PBNU Muhammad Sulton Fatoni, bahwa  Islam Nusantara itu bukan “agama baru”. Islam Nusantara juga bukan “aliran baru”. Islam Nusantara adalah wajah keislaman yang ada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia di dalamnya. Ajaran Islam yang terimplementasi di tengah masyarakat yang mental dan karakternya dipengaruhi struktur wilayah kepulauan.





Kegagalan berfikir dari DPP HTI Shiddiq Aljawi merupakan kegagalan berfikir yang merata dikalangan Hizbut Tahrir, dan telah menjadi pemahaman 'gagal bersama' dikalangan mereka, sebagaimana Felix Y. Sauw juga pernah menganggap bahwa Islam Nusantara berarti 'Menusantarakan Islam'.

Lebih jauh, Shiddiq Aljawi bahkan menuduh gagasan Islam Nusantara merupakan jalan untuk membuka pintu penjajahan asing terhadap Indonesia. "Islam Nusantara itu akan justru memberikan mudlorat bagi bangsa Indonesia, akan melancarkan penjajahan, diantaranya investasi2 dari asing tadi, dari China, itu luar biasa dampaknya bagi Indonesia, ", katanya.

Direktur Pascasarjana STAINU Jakarta Prof. Dr. M. Isom Yusqi, MA, justru mengatakan bahwa universalisme Islam dan kenusantaraan menjadi basis Islam Nusantara. "Islam Nusantara hendak mewujudkan budaya dan peradaban baru dunia yang berbasis pada nilai-nilai luhur dan universal keislaman dan kenusantaraan.", jelasnya.


Transkip Gagal Paham HTI (Shiddiq Aljawi) Terhadap Islam Nusantara

"Istilah ini salah, tidak boleh karena apa ? Islam itu universal, tidak bisa dilokasisikan, atau istilah ini terlalu kasar, dilokalkan. karena itu Islam universal, tidak boleh kemudian ada Isla Nusantara, nanti kalau boleh, ada Islam Malaysia, Islam Australia, bahkan mungkin nanti lebih kecil lagi, Islam Nusantara nanti bisa macam-macam, nanti ada Islam Surabaya, Islam Sidoarjo, nanti Islam itu Islam mana yang benar gitu, ggak jelas, nah Islam itu universal, dalam arti alamiyah atau insaniyah, yaitu risalah yang bersifat universal, ditujukan untuk seluruh umat manusia.



Didalam al-Qur'an, misalnya adalam surah As-Saba' ayat 28, Allah SWT berfirman "wa Maa Arsalnaka Ilaa Kaffatan linnas, dan tidaklah Kami mengutus engkau Muhammad kecuali untuk seluruh manusia, kaffah, kaffah itu seluruh manusia, kaffah itu bahasa arab lalu diserah dalam bahasa jawa kuno menjadi kapwa, itu dinegara Kertagama, ada 14, ada istilah Kapwa, itu dari kata Kaffah, jawa kuno, (kalau) jawa modern jadi kabeh. Jadi kalau ada al-Qur'an kan ada Udkhulu fissilmi kaffah, itu kalau dalam bahasa Jawa Udkhulu mlebu siro kabeh fissalam ing dalem agomo Islam Kaffah sakabeane, ya jadi artinya semua ajaran Islam itu kita terapkan, tu namanya kaffah, nah dalam ayat tadi ada wa maa arsalnaka illa kaffatan lil-nas, tidaklah Allah ini mengutus Nabi Muhamamd kecuali untuk seluruh manusia , jadi Islam itu universal, tidak boleh dilokalkan, gitu ya.

Jadi Islam Nusantara itu tidak betul itu, dalam ayat yang lain misalnya dalam surah al-A'raf ayat 158, Qul Ya-ayyuhannasu Inna Rasulallah ilaikum jami'an Qul katakanlah Muhammad, ini perintah Allah kepada Nabi Muhammad, Ya Ayyuhannas wahai manusia, Inni sesungguhnya aku yaitu nabi Muhammad, Rasulallah ilaikum jami'in sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah untuk kamu semua, untuk semua manusia. Jadi, ini yag namanya Islam Nusantara atau Islam Indonesia, ini secara istilah saja sudah tidak sesuai dengan Islam, karena Islam itu universal, insaniyah atau alamiyah. Jadi tidak bisa Islam itu tidak bisa dilokalkan menjadi Islam Nusantara, Islam Indonesia.

Apalagi yang kedua, ini alasan kenapa kita, istilah itu sebenarnya kurang tepat ya, kurang baik untuk Indonesia. Jokowi mengatakan, Islam Indonesia itu Islam yang ramah, penuh senyum, ternyata Jokowi mengatakan itu hampir semua pejabat-pejabat dari luar negeri memuji Indonesia, Islam itu ramah, penuh senyum, nah kalau dalam penafsiran saya (shiddiq al-jawi) berarti Islam Indonesia atau Islam Nusantara itu ramah kepada penjajah, artinya, dia itu akan menjadikan jalan kepada investasi2 asing. Ini sudah terbukti, Jokowi promosi Indonesia, kalau anda mau membangun infrastruktur silahkan, mau membangun jalan silahkan, ini artinya apa? Islam Nusantara itu akan justru memberikan mudlorat bagi bangsa Indonesia, akan melancarkan penjajahan, diantaranya investasi2 dari asing tadi, dari China, itu luar biasa dampaknya bagi Indonesia, dan ini meskipun dalam jangka pendek mungkin memberikan dampak positif, tapi dalam jangka panjang, ini juga nanti akan menimbulkan persoalan. Bagaimana nanti kalau ada, timbul sengketa atau konflik, antara Indonesia dan investornya, kan itu sering kali terjadi, yang dikhawatirkan, nanti China ini dengan angkatan, dengan militernya yang luar biasa ini bisa menjadi ancaman tidak hanya persoala politik, tapi bisa jadi ancaman militer dimasa yang akan datang, ketika misalnya investasi2nya diganggu, dia tidak hanya diplomasi yang bergerak tpi juga militernya bisa melakukan intervensi di Indonesia. itu bahaya kedepannya harus kita pikirkan sampai kesana, saya kira itu, terima kasih. "
Video: Gagal Paham DPP HTI terhadap Islam Nusantara

Oleh : Ibnu L' Rabassa
Baca Juga :