Manfaatkan dan Raihlah Ramadhan Terbaikmu


Islamoderat.com ~ Sebagai bekal pembelajaran dan pembekalan menyelami makna Puasa dan Ramadhan.

BAHTERA IMAN RAMADHAN

Ramadhan berasal dari kata رَمْضَاءُ yang berarti hujan yang turun di atas bumi pada permulaan musim kemarau. Dengan kata lain bulan Ramadhan itu sebagai pencuci badan dan hati manusia bagaikan hujan yang bisa menghilangkan debu di muka bumi. Ramadhan juga berasal dari kata الرَّمَضُ yang berarti panas-nya batu karena tersengat panasnya sinar matahari. Dengan kata lain bulan Ramadhan adalah bulan pembakaran manusia dengan panasnya haus dan susah payah.

Sedangkan ash-Shaum (puasa) secara bahasa artinya menahan. Secara istilah, puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkannya mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Kewajiban puasa di bulan Ramadhan didasari atas nash dalam al-Quran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat terdahulu agar kamu semua bertaqwa.” (QS. al-Baqarah ayat 183).

Ayat ini turun di Madinah sesaat setelah hijrahnya Rasulullah Saw., tapi belum diwajibkan berpuasa. Mulai diwajibkan berpuasa pada tahun berikutnya, tahun kedua setelah hijrah. (Ash-Shiyam wa Ramadhan fi as-Sunnah wa al-Quran halaman 33).

Lebih mudahnya, orang yang berpuasa digambarkan sebagai Musafir (orang yang sedang melakukan suatu perjalanan), naik bahtera melewati samudera menuju dermaga.

الَّذِينَ آَمَنُوا  = Orang yang berpuasa = Bahtera
الصِّيَامُ = Puasa = Samudera
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ = Tujuan Berpuasa = Dermaga

Dirangkai menjadi, orang yang memiliki bahtera “Iman” dan berjalan di samudera “Puasa” menuju dermaga “Taqwa”.

1. Bahtera “Iman”

Semua manusia adalah bahtera, dengan beragam bentuk dan jenisnya. Kewajiban berpuasa Ramadhan hanya Allah khususkan untuk orang-orang yang memiliki keimanan. Berarti tidak semua bahtera mendapatkan perhatian khusus dari Allah untuk melaksanakan kewajiban itu. Hanya bahtera-bahtera “iman” lah yang Allah tujukan.

Dan iman merupakan pondasi awal bagi setiap hamba dalam melaksanakan segala kewajiban dariNya. Setelah iman, maka lazimnya akan memunculkan ketaatan dan ibadah. Sedangkan unsur-unsur iman sebagaimana dijelaskan pada hadits Jibril As. hadits no. 2 dalam al-Arba’in an-Nawawiy. (Ash-Shiyam wa Ramadhan fi as-Sunnah wa al-Quran halaman 35).

2. Samudera “Puasa”

Kenapa harus dengan puasa? Karena, tak mungkin bahtera berjalan di atas tanah yang kering. Di samuderalah bahtera itu akan bisa berjalan. Bahtera iman diharuskan berjalan di samudera “puasa” untuk mencapai dermaga taqwa. Allah mewajibkan puasa bukan berarti Dia yang membutuhkan melainkan hambaNya lah yang membutuhkan. Buktinya adalah yang akan dijelaskan di bab selanjutnya.

3. Dermaga “Taqwa”

Setiap perjalanan pasti ada tujuannya. Dan tujuan utama bahtera imanmu berjalan di atas samudera puasa adalah ke dermaga “taqwa”. Taqwa berasal dari kata “waqa” atau “ittaqa”, yang artinya menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai Allah Swt.

Dalam ayat puasa di atas, lafadz taqwa menggunakan fi’il mudhari’ yang memberikan arti hal (sedang) dan istiqbal (akan terjadi). Artinya, taqwa ini tidak berhenti pada satu masa saja melainkan untuk seterusnya (kontinyu). Inilah dermaga hidupmu, tujuan hidupmu di dunia ini sebagai bekal di akhirat kelak. (Ash-Shiyam wa Ramadhan fi as-Sunnah wa al-Quran halaman 44).


KEISTIMEWAAN PUASA DAN RAMADHAN

1. Keistimewaan Puasa

Puasa adalah suatu ibadah yang memiliki manfaat atau keistimewaan yang sangat banyak. Bukan hanya manfaat dan istimewa secara lahiriah tapi juga batiniyah. Sebagaimana disebutkan dalam berberapa hadits Nabi Saw. dalam kitab ash-Shiyam wa Ramadhan fi as-Sunnah wa al-Quran halaman 130-138:
1. Puasa jalan menuju surga.
2. Puasa meninggikan derajat di sisi Allah.
3. Doa orang yang berpuasa takkan tertolak.
4. Puasa menyehatkan jiwa dan raga (badan).
5. Puasa adalah tanda syukur kepada Allah Swt.
6. Puasa adalah syiarnya orang-orang yang bajik.
7. Puasa adalah ibadah khusus yang tak bisa dilihat manusia.
8. Pahala puasa tak terhitung jumlahnya, hanya Allah yang tahu.
9. Puasa dapat menjadi syafaat, pertolongan esok di akhirat kelak.
10. Puasa membahagiakan disaat berbuka dan saat jumpa dengan Allah.
11. Ada surga khusus bagi orang-orang yang berpuasa, bernama ar-Rayyan.
12. Puasa adalah perisai, menjaga dari hawa nafsu dan kemaksiatan serta siksaNya.
13. Bau mulut orang yang berpuasa dianggap lebih wangi dari minyak wangi terwangi.
14. Lihat selengkapnya dalam Nida’ ar-Rayyan fi Fiqh ash-Shaum wa Fadhl Ramadhan juz 1 halaman 130-170.

2. Buah Puasa

Setiap tanaman yang kita tanam, tentu dengan harapan bisa dilihat dan dinikmati buah/hasilnya. Adapun buah dari ibadah puasa sangat beragam, diantaranya yang dijelaskan dalam kitab Nida’ ar-Rayyan fi Fiqh ash-Shaum wa Fadhl Ramadhan juz 1 halaman 170:
1. Menyehatkan badan.
2. Hati yang damai dan bersih fikiran.
3. Membangkitkan kekuatan daya hafalan.
4. Meringankan dalam melakukan ketaatan.
5. Mengalahkan dan menghinakan pasukan setan.
6. Diijabahinya segala doa, dan tanda ini tersamarkan.
7. Bahagia saat berbuka karena pahala, bukan karena makan-minuman.
8. Terjaga anggota badannya untuk melakukan kesalahan-kesalahan.
9. Esok di hari kiamat ia oleh Allah akan dibangga-banggakan.
10. Dikhususkan mendapat surga bernama ar-Rayyan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ يُضَاعَفُ لَهُ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَي سَبْعِمِائِةِ ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَي اِلاَّ الصَّوْمَ  فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ. يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَ طَعَامَهُ مِنْ أَجْلَيْ. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَ فَرْحَةٌ عِنْدَ لَقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ. وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ. وَ اِذَا كَانُ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَ لاَ يَصْخَبْ. فَاِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: اِنِّيْ امْرُؤٌ صَائِمٌ.

“Setiap amal kebaikan manusia dilipatgandakan pahalanya 10 kali lipat hingga 700. Allah Swt. berfirman: “Kecuali puasa. Karena puasa itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya (langsung tanpa perantara), ia berpuasa meninggalkan syahwat dan makanannya karenaKu. Bagi orang yang berpuasa ada 2 kebahagiaan; saat berbuka puasa dan saat berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulutnya orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi daripada minyak kasturi. Puasa adalah perisai. Jikalau salah seorang kalian berpuasa maka janganlah berkata jorok dan jangan marah. Jika ada yang mengolok dan mengajak ribut, maka jawablah: “Aku sedang berpuasa.”” (HR. Bukhari dan Muslim).

 أَلْمَعِدَّةُ بَيْتُ الدَّاءِ وَالْحَمِيَّةُ رَأْسُ الدَّوَاءِ وَأَعْطِ كُلَّ بَدَنٍ مَاعَوَّدَتْهُ

“Perut itu sarangnya pernyakit, sedang menjauhi makan itu kuncinya pengobatan dan tiap badan diberlakkan sesuai dengan kebiasaannya.”

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي مَعَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنِ سْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu mampu untuk menikah (mempunyai bekal untuk menikah) maka sebaiknya segeralah menikah. Dan barangsiapa yang tidak mampu untuk menikah maka sebaiknya berpuasa, sebab puasa itu lebih dapat menjaga pandanganmu dan lebih menjaga kemaluanmu (mengurangi terhadap syahwat).” (HR. Bukhari).

3. Yang Merusak Pahala Puasa

Dalam setiap perjalanan yang mempunyai tujuan jelas dan utama, tentu sangat disayangkan jika sampai rusak esensinya. Sehingga hanya lelah dan membuang waktu yang didapat. Maka sebisa mungkin puasa yang kita lakukan dihindarkan dari 5 hal berikut ini:
1. Berkata dusta.
2. Berghibah.
3. Adu domba.
4. Sumpah palsu,
5. Melihat dengan syahwat.

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ اْلجُوْعُ وَالْعَطْشُ

“Banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. al-Hakim).

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapapan dusta, perbuatan dusta dan perbuatan bodoh, maka Allah tidak perduli dengannya meski ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukari).

خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ الْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْكاَذِبَةُ وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ

“Lima perkara yang membatalkan (pahala) orang yang berpuasa; dusta, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat.” (Hadits dha’if, menurut Imam as-Subki hadits itu maknanya shahih. (Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzad juz 6 halaman 356 dan al-Iqna’ juz 1 halaman 220).

4. Keistimewaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dinantikan oleh umat Muhammad Saw. Karena di dalamnya terdapat banyak sekali keistimewaan yang Allah berikan. Diantaranya:
1. Dibelenggunya para setan.
2. Dibukanya pintu-pintu langit.
3. Dibukanya pintu-pintu surga.
4. Ditutupnya pintu-pintu neraka.
5. Dibukanya pintu-pintu rahmat dan pembebasan dari api neraka.
6. Bulan ampunan bagi yang berpuasa, qiyamullail di malam harinya dan Lailatul Qadar.
7. Bulan kesabaran.
8. Bulan kasih sayang dan kedermawanan.
9. Bulan diturunkan al-Quran dan kitab suci lainnya.
10. Bulan didikan terhadap kemauan (iradah).
11. Bulan didikan untuk berakhlak mulia.
12. Bulan risalah (dakwah) Islamiyah.
13. Bulan yang umrahnya senilai dengan haji bersama Nabi Saw.
14. Bulan mustajabnya doa.
15. Bulan Lailatul Qadar.
16. Bulan zakat fitrah.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan merupakan bulan ditunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelas dari petunjuk itu dan sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil.” (QS. al-Baqarah ayat 185).

Kitab-kitab suci yang diturunkan di bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan dalam kitab Durrat an-Nashihin halaman 8, adalah:
a. Shuhuf Ibrahim (malam 1 Ramadhan).
b. 70 tahun kemudian turunlah Taurat (malam 6 Ramadhan).
c. 500 tahun kemudian turunlah Zabur (malam 12 Ramadhan).
d. 1.200 tahun kemudian turunlah Injil (malam 18 Ramadhan).
e. 620 tahun kemudian turunlah al-Quran (malam 17 atau 27 Ramadhan).

مَنْ فَرَحَ بِدُخُوْلِ رَمَضاَنَ حَرَّمَ  اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ

“Barangsiapa yang berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan maka Allah mengharamkan jasadnya atas api neraka.”

عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ. وَ فِيْ نُسْخَةٍ وَ يُغْفَرُ فِيْهِ اِلاَّ لِمَنْ أَبَي, اي الَّذِيْ لاَ يُسْتَغفَرُ.

“Ketika bulan Ramadhan telah tiba maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka dikunci dan setan-setan dibelenggu dengan rantai.” (HR. Bukhari). Riwayat lain menyebutkan: “Dosa-dosa hamba pada bulan Ramadhan diampuni, kecuali yang enggan. Yakni yang tidak memohon ampunan kepada Allah.” (Fadhail Ramadhan li al-Maqdisi halaman 42).

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Rasulullah adalah orang yang paling dermawan. Dan lebih dermawannya Rasulullah Saw. adalah pada saat bulan Ramadhan. Di bulan itu malaikat Jibril jumpa dengan Rasulullah saw. Dan setiap malamnya Jibril As. mentadaruskan al-Quran bersama Rasulullah Saw. Maka sungguh Rasulullah Saw. pada yang demikian itu tentu yang paling dermawan dalam hal kebaikan dibanding angin yang terus menerus berhembus” (HR. Bukhari, penjelasan rincinya silakan rujuk ke kitab Bughyat al-Insan fi Wadzaif Ramadhan karya Ibn Rajab al-Hanbali).

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ مَنْ اَسْرَجَ فِى مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ اللهِ تَعاَلىَ فِىْ رَمَضاَنَ كاَنَ لَهُ نُوْرٌ فىِ قَبْرِهِ وَكَتَبَ لَهُ ثَوَابَ الْمُصَلِّيْنَ فِى ذَلِكَ اْلمَسْجِدِ وَصَلَّتْ اْلمَلاَئِكَةُ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ حَمَلَةُ الْعَرْشِ مَادَامَ  ذَلِكَ فِى اْلمَسْجِدِ

“Barangsiapa yang memberi lampu di masjid pada bulan Ramadhan maka kuburannya esok akan terang benderang dan mendapatkan pahalanya orang yang shalat di masjid tersebut dan didoakan rahmat oleh para malaikat dan dimintakan ampun oleh malaikat penjaga Arsy selama lampunya masih berada di masjid tersebut.” (Lebih terperinci lihat dalam kitab Nida’ ar-Rayyan fi Fiqh ash-Shaum wa Fadhl Ramadhan juz 1 halaman 183)

عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ, وَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ, وَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas kepada Allah, maka dosanya yang telah lewat akan diampuni oleh Allah. Barangsiapa beribadah di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas kepada Allah, maka dosanya yang telah lewat akan diampuni oleh Allah. Barangsiapa menghidupi malam Lailatul Qadar karena iman dan ikhlas kepada Allah, maka dosanya yang telah lewat akan diampuni oleh Allah.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya dalam Fadhail Ramadhan li Ibn Abi ad-Dunya halaman 34. Lebih terperinci mengenai qiyam atau ibadah di bulan Ramadhan silakan lihat di kitab Qiyam Ramadhan karya Imam Abu Abdillah bin Nashr al-Marwazi dan Mukhtashar Qiyamu al-Lail wa Qiyamu Ramadhan wa Kitab al-Witri li al-Marwazi karya al-Maqrizi).


KESIMPULAN

Setelah kita mengetahui makna terkandung dalam Puasa dan Ramadhan, tentu kita tergerak untuk memanfaatkannya sebaik mungkin. Fasilitas gratis yang begitu banyak diberikan Allah Swt., hanya dengan melakukan “Puasa” dan menghidupi bulan “Ramadhan”.

Sehingga dalam perjalanan menahkodai “Bahtera Iman” mengarungi “Samudera Puasa Ramadhan”, benar-benar sampai ke “Dermaga Ketaqwaan”. Inilah yang disebut sebagai kemenangan, yang berhasil meraih tujuan. Tergapailah sesuai dengan tema kita kali ini “Manfaatkan dan Raihlah Ramadhan Terbaikmu”. Wallahu A’lam bi ash-Shawab.


Refferensi:
Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzad karya Imam an-Nawawi, Cet. Dar al-Fikr tt.
Ash-Shiyam wa Ramadhan fi as-Sunnah wa al-Quran karya Syaikh Abdurrahman Hasan Habannakah al-Midani, Cet. Dar al-Qalam Damsyiq th. 1987
Bidayat al-Hidayah karya Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali, Cet. al-Haramain th. 2007
Bughyat al-Insan fi Wadzaif Ramadhan karya Imam Ibn Rajab al-Hanbali, Cet. al-Maktab al-Islamiy th. 1985
Durrat an-Nashihin karya Syaikh Ahmad Syakir bin Utsman al-Khaubawi, Cet. al-Haramain th. 2007
Fadhail Ramadhan karya Syaikh Abdul Ghani al-Maqdisi, Cet. Dar Ibn Hazm th. 1999
Fadhail Ramadhan karya Imam Ibn Abi ad-Dunya, Cet. Dar as-Salaf th. 1995
Fath al-Qarib al-Mujib karya Imam Abi Syuja’, Cet. al-Haramain th. 2007
Mukhtashar Qiyamu al-Lail wa Qiyamu Ramadhan wa Kitab al-Witri li al-Marwazi karya Syaikh Taqiyuddin Ahmad bin Ali al-Maqrizi, Cet. Hadits Akademi th. 1988
Nida’ ar-Rayyan fi Fiqh ash-Shaum wa Fadhl Ramadhan karya Sayyid Husain al-Affani
Qiyam Ramadhan karya Imam Abu Abdillah bin Nashr al-Marwazi, Cet. Dar al-I’tisham Kairo tt.
Sullam at-Taufiq karya Sayyid Muhammad Thahir bin Husein Ba’alawi, Cet. al-Haramain th. 2008

Oleh: Sya’roni As-Samfuriy (Dipresentasikan pada Ahad 14 Juni 2015 di STAI Bani Shaleh Cikarang Selatan – Bekasi)