Islamoderat.com ~ Alhamdulillah Allah SWT telah memberikan kepada kita kesempatan bertemu kembali dengan bulan Suci nan penuh berkah, bulan yang di dalamnya dijanjikan berbagai pahala ibadah dilipat gandakan dan Allah telah memilih ibadah Puasa sebagai Ibadah yang diwajibkan selama sebulan penuh ini. Karena oleh Allah swt ibadah berpusa ini disitimewakan sehingga olehnya sendiri yang akan membalas pahala kepada hambanya yang melakukan ibadah puasa, namun dibalik itu mengapa Allah SWT mengistimewakan ibadah puasa. Berangkat dari sebuah hadits Qudsi dikatakan :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الله سبحانه وتعالى : كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبع مئة ضعف إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به (رواه البخاري)
"Allah Swt berfirman : "Setiap amal kebaikan memiliki balasan pahala sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat Kecuali Ibadah Puasa , karena sesungguhnya puasa itu adalah untukku dan aku yang akan membalaskan pahalanya". (HR. Bukhari).
Mengenai keistimewaan puasa disisi Allah ini, Hujjatul Islam Abu Hamid bin Muhammad al Ghazali dalam kitabnya "Al-Aarba'in fii Ushuul al-Diin " telah menjelaskan bahwa Keistimewaan ini tidak lain karna dua Hal :
Yang pertama, adalah karena Puasa adalah Ibadah yang bersifat individual yang mana untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat dan juga Sebuah amal ibadah yang bersifat rahasia tidak dapat diketahui kecuali hanya Allah swt dan orang yang melakukan puasa, tidak seperti sholat, zakat dan lain sebagainya.
Yang kedua, adalah puasa sendiri merupakan pencegahan dan melemhakan terhadap Musuh Allah, dan seburuk buruk musuh Allah adalah Syaithan. Sesungguhnya syaithan tidak akan menjadi kuat kecuali hanya dengan perantara Syahwat Hawa nafsu yang mengalahkan manusia. Dalam hal ini Rasa lapar dapat mengalahkan Syahwat dan hawa Nafsu yang mana ia adalah Alat Syaithan menggoda dan mengalahkan manusia, oleh karena itu Nabi pernah bersabda :
إن الشيطان ليجري من ابن آدم مجرى الدم فضيقوا مجرى الدم فضيقوا مجارى الشيطان بالجوع (أخرجه ابن المبارك)
"Sesungguhnya syaithan mengalir dari dalam darah Bani Adam seperti mengalirnya darah, maka semptikakanlah tempat mengalir mereka dengan Rasa Lapar ! ". Hadits ini menafsirkan hasits yang lain yaitu :
إذا دخل رمضان فتحت أبواب الجنان وغلقت أبواب النيران وصفدت الشياطين ونادى مناد : يا باغي الخير هلم يا باغي الشر أقصر(متفق عليه)
Apabila Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibukakan dan pintu-pintu neraka dikunci, para syaithan pun diikat dan memanggil orang yg memanggil : wahai orang yg menginginkan kebaikan kemarilah, wahai yang menginginkan keburukan menjauhlah !.
Maka tidak heran jikalau pada bulan ramadhan kita melihat ada sebagian orang melakukan perbuatan maksiat, bukan berarti kita mempermasalahkan hadits yang mengatakan bahwa Syaithan pada saat itu telah diikat. Akan tetapi syaithan telah meninggalkan benih-benih Hawa nafsu Syahwat dalam jiwa manusia, sehingga apabila tidak segera dihentikan akan berdampak buruk pada jiwa manusia sehingga ia melakukan pebuatan maksiat, maka hanya dengan berpuasa lah dapat meminimalisirnya dan mencegahnya. Oleh karena itu Imam Ghazali membedakan tingkatan-tingkatan puasa menjadi tiga tingkatan :
Yang pertama puasa orang Awwam yang mana berpuasa hanya sebatas menahan dari hal - hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum, akan tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari hal-hal yang bersifat makruh untuk dilakukan. Dan ini dicukupkan dengan Namanya Berpuasa.
Yang kedua, berpuasa mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga anggota tubuh dari melakukakan hal-hal yang memakruhkan dan dosa, sperti menjaga Lisan dari berbuat ghibah, menjaga pandangan mata, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya.
Yang ketiga, tingkatan puasa yang paling tinggi adalah Berpuasanya anggota tubuh dari hal-hal yang membatalkan puasa dan hal-hal yang memakruhkan juga perkara perkara syubhat, dan tidak kalah penting menjaga Hati dari berfikiran yang macam macam, rasa waswas, hasud dan penyakit hati lainnya lalu menjadikannya hanya berzikir kepada Allah SWT. Puasa ini adalah puasa Khusus al-khusus (hanya beberapa orang yang dapat melakukannya yang sudah mencapai derajat tinggi dalam tashawwuf). Bahkan menurut beliau Imam Ghazali jika Puasa dilihat secara amliyah, maka berpuasa Daud (yakni sehari berpuasa sehari tidak) lebih tinggi tingkatannya dari pada puasa lainnya, karena ia tidak dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu. Namun setiap harinya sehingga menjadikan seseorang terbiasa melakukan puasa dan menjadikannya sebagai kebiasaan sehari harinya dan akhirnya ia dapat menjaga dirinya dengan mudah dari perbuatan-perbuatan maksiat dan mendapatkan derajat yang dijanjikan oleh Allah لعلكم تتقون
Oleh karena itu, al faqir mengajak, marilah kita semua bermuhasabah diri, apakah puasa kita telah mencapai kesempurnaan dan memiliki pengaruh ke dalam kehidupan kita sehari-hari. akankah seiring bertambahnya umur, dan Bulan Ramadhan yang telah dilewati meningkatkan puasa kita ataukah sama saja.
Wallahu a'lam bishowwab
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الله سبحانه وتعالى : كل حسنة بعشر أمثالها إلى سبع مئة ضعف إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به (رواه البخاري)
"Allah Swt berfirman : "Setiap amal kebaikan memiliki balasan pahala sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat Kecuali Ibadah Puasa , karena sesungguhnya puasa itu adalah untukku dan aku yang akan membalaskan pahalanya". (HR. Bukhari).
Mengenai keistimewaan puasa disisi Allah ini, Hujjatul Islam Abu Hamid bin Muhammad al Ghazali dalam kitabnya "Al-Aarba'in fii Ushuul al-Diin " telah menjelaskan bahwa Keistimewaan ini tidak lain karna dua Hal :
Yang pertama, adalah karena Puasa adalah Ibadah yang bersifat individual yang mana untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat dan juga Sebuah amal ibadah yang bersifat rahasia tidak dapat diketahui kecuali hanya Allah swt dan orang yang melakukan puasa, tidak seperti sholat, zakat dan lain sebagainya.
Yang kedua, adalah puasa sendiri merupakan pencegahan dan melemhakan terhadap Musuh Allah, dan seburuk buruk musuh Allah adalah Syaithan. Sesungguhnya syaithan tidak akan menjadi kuat kecuali hanya dengan perantara Syahwat Hawa nafsu yang mengalahkan manusia. Dalam hal ini Rasa lapar dapat mengalahkan Syahwat dan hawa Nafsu yang mana ia adalah Alat Syaithan menggoda dan mengalahkan manusia, oleh karena itu Nabi pernah bersabda :
إن الشيطان ليجري من ابن آدم مجرى الدم فضيقوا مجرى الدم فضيقوا مجارى الشيطان بالجوع (أخرجه ابن المبارك)
"Sesungguhnya syaithan mengalir dari dalam darah Bani Adam seperti mengalirnya darah, maka semptikakanlah tempat mengalir mereka dengan Rasa Lapar ! ". Hadits ini menafsirkan hasits yang lain yaitu :
إذا دخل رمضان فتحت أبواب الجنان وغلقت أبواب النيران وصفدت الشياطين ونادى مناد : يا باغي الخير هلم يا باغي الشر أقصر(متفق عليه)
Apabila Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibukakan dan pintu-pintu neraka dikunci, para syaithan pun diikat dan memanggil orang yg memanggil : wahai orang yg menginginkan kebaikan kemarilah, wahai yang menginginkan keburukan menjauhlah !.
Maka tidak heran jikalau pada bulan ramadhan kita melihat ada sebagian orang melakukan perbuatan maksiat, bukan berarti kita mempermasalahkan hadits yang mengatakan bahwa Syaithan pada saat itu telah diikat. Akan tetapi syaithan telah meninggalkan benih-benih Hawa nafsu Syahwat dalam jiwa manusia, sehingga apabila tidak segera dihentikan akan berdampak buruk pada jiwa manusia sehingga ia melakukan pebuatan maksiat, maka hanya dengan berpuasa lah dapat meminimalisirnya dan mencegahnya. Oleh karena itu Imam Ghazali membedakan tingkatan-tingkatan puasa menjadi tiga tingkatan :
Yang pertama puasa orang Awwam yang mana berpuasa hanya sebatas menahan dari hal - hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum, akan tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari hal-hal yang bersifat makruh untuk dilakukan. Dan ini dicukupkan dengan Namanya Berpuasa.
Yang kedua, berpuasa mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga anggota tubuh dari melakukakan hal-hal yang memakruhkan dan dosa, sperti menjaga Lisan dari berbuat ghibah, menjaga pandangan mata, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya.
Yang ketiga, tingkatan puasa yang paling tinggi adalah Berpuasanya anggota tubuh dari hal-hal yang membatalkan puasa dan hal-hal yang memakruhkan juga perkara perkara syubhat, dan tidak kalah penting menjaga Hati dari berfikiran yang macam macam, rasa waswas, hasud dan penyakit hati lainnya lalu menjadikannya hanya berzikir kepada Allah SWT. Puasa ini adalah puasa Khusus al-khusus (hanya beberapa orang yang dapat melakukannya yang sudah mencapai derajat tinggi dalam tashawwuf). Bahkan menurut beliau Imam Ghazali jika Puasa dilihat secara amliyah, maka berpuasa Daud (yakni sehari berpuasa sehari tidak) lebih tinggi tingkatannya dari pada puasa lainnya, karena ia tidak dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu. Namun setiap harinya sehingga menjadikan seseorang terbiasa melakukan puasa dan menjadikannya sebagai kebiasaan sehari harinya dan akhirnya ia dapat menjaga dirinya dengan mudah dari perbuatan-perbuatan maksiat dan mendapatkan derajat yang dijanjikan oleh Allah لعلكم تتقون
Oleh karena itu, al faqir mengajak, marilah kita semua bermuhasabah diri, apakah puasa kita telah mencapai kesempurnaan dan memiliki pengaruh ke dalam kehidupan kita sehari-hari. akankah seiring bertambahnya umur, dan Bulan Ramadhan yang telah dilewati meningkatkan puasa kita ataukah sama saja.
Wallahu a'lam bishowwab
Penulis : Muhammad Iqbal Mansury,
di Casablanca, Maroko