Loteng, Muslimedinews.com ~ Deklarasi bersama gerakan anti radikalisme ditandai dengan penandatanganan dan pembacaan naskah ikrar untuk membangun komitmen bersama anti dari segala bentuk radikalisme.
Deklarasi bersama yang diprakarsai oleh Gerakan Ansor NTB, juga didukung oleh pihak Kepolisian dan TNI ini, dilaksanakan di Ponpes Al-Mansyuriah Ta'limussibyan Bonder Kecamatan Praya Barat, pada Senin (15/6/2015).
Dihadiri oleh Ketua NU NTB Drs TGH Ahmad Taqiudin Mansyur MPdI, TGH Syamsul Hadi, Pimpinan Wilayah GP Ansor NTB Husni Abidin, Badan Otonom NU seperti Muslimat NU NTB, Fatayat NTB, Satkorwil Banser NTB, Pagar Nusa NTB, IPNU NTB, IPPNU NTB dan PKC PMII NTB serta serta para tokoh pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Sedangkan dari pihak Kepolisian hadir Dirbinmas Kombes Pol Suwarto SH MH mewakili Polda NTB, Kapolres Loteng AKBP Nuroddin SIK, dan dari pihak TNI yaitu hadir Dandim Praya yang diwakili Kapten Abdul Razak.
Sebelum penandatanganan naskah bersama gerakan anti radikalisme, terlebih dahulu isi naskah ikrar dibacakan oleh Ketua Pagar Nusa NTB, Murakip Usman KH.
Berikut isi dari naskah bersama gerakan anti radikalisme--Pertama, kami menolak setiap gerakan radikalisme dalam bentuk apapun diseluruh penjuru Nusantara khususnya di NTB, karena bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Kedua--kami menolak segala bentuk kegiatan apapun yang berhubungan dengan gerakan radikalisme, sebab bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
Ketiga--kami menolak segala bentuk aksi kekerasan, ekstremisme dan terorisme di bumi NTB.
Keempat--kami siap meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap upaya dan usaha pembentukan dan penyebaran faham radikal di wilayah NTB.
Kelima--kami berkomitmen menebarkan kasih sayang kepada setiap jamaah atau masyarakat dengan pendekatan humanistik, serta mengajak dan memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk menjadi agen perubahan bagi terwujudnya perdamaian dan melakukan perubahan positif dalam lingkungan masyarakat masing-masing di NTB.
Dan keenam--kami siap bekerja sama serta mendukung pemerintah, TNI dan Polri dalam menanggulangi dan memberantas gerakan radikalisme diseluruh kabupaten/kota di NTB.
Karena itu, ketua pelaksana deklarasi bersama gerakan anti radikalisme, Murakip Usman KH mengaku acara tersebut bukan hanya sekedar biasa saja, akan tetapi membangun komitmen bersama melawan anti radikalisme. "Jauh sebelumnya sudah kita diskusikan bersama dengan semua pihak dan juga pihak kepolisian", katanya.
Dalam kesempatan itu, Murakip mengucapkan rasa terimakasih sekaligus memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian dan TNI yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. NU, lanjut dia, merupakan pejuang dasar negara ini, hal ini juga sebagai wujud silaturrahim. Mempertegas kembali bahwa NKRI harga mati.
"Kita harus bersama-sama melawan terhadap faham-faham radikal yang merasuki masyarakat. Ini adalah perjuangan kita bersama-sama sampai titik darah penghabisan untuk memperjuangkan dan mempertahankan NKRI.
Ucapan yang sama juga dilontarkan Pimpinan Wilayah Ansor NTB, Husni Abidin. Kata dia, Ansor harus menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan dan mempertahankan NKRI. "Faham ancaman radikalisme perlu kita lawan, karena NU memiliki berlapis-lapis didalam nya, dan yang diserang pertama oleh faham radikalisme ini yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah. Semoga perjuangan kita ini tidak ada penghalang kedepannya, dan pastinya kita bersama-sama dengan POLRI, TNI untuk menjaga keutuhan NKRI", katanya.
Kapolres Loteng AKBP Nuroddin SIK, dalam kesempatan itu merasa sangat gembira dan mengapresiasi kegiatan tersebut kepada NU dan Ansor serta banom NU lainnya. Tekad ini, kata Kapolres, memberikan suntikan moral yang tinggi kepada pihaknya, apalagi kegiatan ini dilaksanakan oleh generasi muda.
Menurutnya, gerakan-gerakan seperti ini akan menasional, sebab bukan membuat kebencian akan tetapi melawan faham-faham radikalisme. "Semoga dapat diikuti oleh daerah-daerah lainnya dan kita awali dari daerah Lombok Tengah, kita akan melawan terhadap faham-faham yang bersifat radikalisme", ujarnya.
Faktanya, lanjut Kapolres, pelaku kriminal rata-rata masih dibawah umur, kepedulian dari lembaga-lembaga pendidikan untuk mendidik generasi muda menjadi lebih baik. "Kepolisian mendukung semua hal dalam bentuk ketertiban di masyarakat", imbuhnya.
Sedangkan Ketua NU NTB, TGH Ahmad Taqiudin Mansyur menganggap kegiatan tersebut selain sangat penting, juga merupakan inti dari manifestasi ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Untuk melawan radikalisme, kata dia, dengan mendeklarasikan gerakan anti radikalisme.
Menurut Ketua NU NTB juga, sejak lahir NU tidak suka dengan faham-faham radikalisme. Apalagi dikhususkan bagi anak-anak muda, bagaimana bersama-sama menangkal faham-faham radikal.
Sedangkan Dirbinmas Polda NTB Kombes Pol Suwarto SH MH, menganggap kegiatan tersebut bukan hal yang baru bagi warga NU bahkan pra kemerdekaan juga bersama-sama berjuang dalam kemerdekaan.
Dijelaskan, ada dua tantangan dan hambatan terjadi kegiatan dan tindakan prilaku kekerasan dan radikakisme.
Pertama, kata dia, dilatarbelakangi oleh sosial kemasyarakatan seperti kesalahfahaman. Terutama di NTB kesalahfahaman antar anak-anak muda sehingga terjadi pertengkaran. "Harus kita mampu meminimalisir bentuk kekerasan atas sosial kemasyarakatan", katanya. Misalkan, kata dia, setiap acara adat nyongkolan kerapa terjadi keributan, sehingga pihaknya mengumpulkan para tokoh-tokoh adat.
Kedua, gerakan radikal yang didasari oleh politik kekuasaan. Dicotohkan, ada beberapa saudara kita yang tidak sefaham dengan ideologi Pancasila dan akan mengganti Pancasila dengan daulah islamiyah dengan khilafahnnya. Daulah islamiyah dijadikan sebagai alat oleh orang-orang tertentu, pada dasarnya daulah islamiyah itu baik kalau ditegakkan dengan rahmatan lil 'alamin, bukan dengan kekerasan.
sumber mataramnews
Deklarasi bersama yang diprakarsai oleh Gerakan Ansor NTB, juga didukung oleh pihak Kepolisian dan TNI ini, dilaksanakan di Ponpes Al-Mansyuriah Ta'limussibyan Bonder Kecamatan Praya Barat, pada Senin (15/6/2015).
Dihadiri oleh Ketua NU NTB Drs TGH Ahmad Taqiudin Mansyur MPdI, TGH Syamsul Hadi, Pimpinan Wilayah GP Ansor NTB Husni Abidin, Badan Otonom NU seperti Muslimat NU NTB, Fatayat NTB, Satkorwil Banser NTB, Pagar Nusa NTB, IPNU NTB, IPPNU NTB dan PKC PMII NTB serta serta para tokoh pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Sedangkan dari pihak Kepolisian hadir Dirbinmas Kombes Pol Suwarto SH MH mewakili Polda NTB, Kapolres Loteng AKBP Nuroddin SIK, dan dari pihak TNI yaitu hadir Dandim Praya yang diwakili Kapten Abdul Razak.
Sebelum penandatanganan naskah bersama gerakan anti radikalisme, terlebih dahulu isi naskah ikrar dibacakan oleh Ketua Pagar Nusa NTB, Murakip Usman KH.
Berikut isi dari naskah bersama gerakan anti radikalisme--Pertama, kami menolak setiap gerakan radikalisme dalam bentuk apapun diseluruh penjuru Nusantara khususnya di NTB, karena bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Kedua--kami menolak segala bentuk kegiatan apapun yang berhubungan dengan gerakan radikalisme, sebab bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
Ketiga--kami menolak segala bentuk aksi kekerasan, ekstremisme dan terorisme di bumi NTB.
Keempat--kami siap meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap upaya dan usaha pembentukan dan penyebaran faham radikal di wilayah NTB.
Kelima--kami berkomitmen menebarkan kasih sayang kepada setiap jamaah atau masyarakat dengan pendekatan humanistik, serta mengajak dan memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk menjadi agen perubahan bagi terwujudnya perdamaian dan melakukan perubahan positif dalam lingkungan masyarakat masing-masing di NTB.
Dan keenam--kami siap bekerja sama serta mendukung pemerintah, TNI dan Polri dalam menanggulangi dan memberantas gerakan radikalisme diseluruh kabupaten/kota di NTB.
Karena itu, ketua pelaksana deklarasi bersama gerakan anti radikalisme, Murakip Usman KH mengaku acara tersebut bukan hanya sekedar biasa saja, akan tetapi membangun komitmen bersama melawan anti radikalisme. "Jauh sebelumnya sudah kita diskusikan bersama dengan semua pihak dan juga pihak kepolisian", katanya.
Dalam kesempatan itu, Murakip mengucapkan rasa terimakasih sekaligus memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian dan TNI yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. NU, lanjut dia, merupakan pejuang dasar negara ini, hal ini juga sebagai wujud silaturrahim. Mempertegas kembali bahwa NKRI harga mati.
"Kita harus bersama-sama melawan terhadap faham-faham radikal yang merasuki masyarakat. Ini adalah perjuangan kita bersama-sama sampai titik darah penghabisan untuk memperjuangkan dan mempertahankan NKRI.
Ucapan yang sama juga dilontarkan Pimpinan Wilayah Ansor NTB, Husni Abidin. Kata dia, Ansor harus menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan dan mempertahankan NKRI. "Faham ancaman radikalisme perlu kita lawan, karena NU memiliki berlapis-lapis didalam nya, dan yang diserang pertama oleh faham radikalisme ini yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah. Semoga perjuangan kita ini tidak ada penghalang kedepannya, dan pastinya kita bersama-sama dengan POLRI, TNI untuk menjaga keutuhan NKRI", katanya.
Kapolres Loteng AKBP Nuroddin SIK, dalam kesempatan itu merasa sangat gembira dan mengapresiasi kegiatan tersebut kepada NU dan Ansor serta banom NU lainnya. Tekad ini, kata Kapolres, memberikan suntikan moral yang tinggi kepada pihaknya, apalagi kegiatan ini dilaksanakan oleh generasi muda.
Menurutnya, gerakan-gerakan seperti ini akan menasional, sebab bukan membuat kebencian akan tetapi melawan faham-faham radikalisme. "Semoga dapat diikuti oleh daerah-daerah lainnya dan kita awali dari daerah Lombok Tengah, kita akan melawan terhadap faham-faham yang bersifat radikalisme", ujarnya.
Faktanya, lanjut Kapolres, pelaku kriminal rata-rata masih dibawah umur, kepedulian dari lembaga-lembaga pendidikan untuk mendidik generasi muda menjadi lebih baik. "Kepolisian mendukung semua hal dalam bentuk ketertiban di masyarakat", imbuhnya.
Sedangkan Ketua NU NTB, TGH Ahmad Taqiudin Mansyur menganggap kegiatan tersebut selain sangat penting, juga merupakan inti dari manifestasi ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Untuk melawan radikalisme, kata dia, dengan mendeklarasikan gerakan anti radikalisme.
Menurut Ketua NU NTB juga, sejak lahir NU tidak suka dengan faham-faham radikalisme. Apalagi dikhususkan bagi anak-anak muda, bagaimana bersama-sama menangkal faham-faham radikal.
Sedangkan Dirbinmas Polda NTB Kombes Pol Suwarto SH MH, menganggap kegiatan tersebut bukan hal yang baru bagi warga NU bahkan pra kemerdekaan juga bersama-sama berjuang dalam kemerdekaan.
Dijelaskan, ada dua tantangan dan hambatan terjadi kegiatan dan tindakan prilaku kekerasan dan radikakisme.
Pertama, kata dia, dilatarbelakangi oleh sosial kemasyarakatan seperti kesalahfahaman. Terutama di NTB kesalahfahaman antar anak-anak muda sehingga terjadi pertengkaran. "Harus kita mampu meminimalisir bentuk kekerasan atas sosial kemasyarakatan", katanya. Misalkan, kata dia, setiap acara adat nyongkolan kerapa terjadi keributan, sehingga pihaknya mengumpulkan para tokoh-tokoh adat.
Kedua, gerakan radikal yang didasari oleh politik kekuasaan. Dicotohkan, ada beberapa saudara kita yang tidak sefaham dengan ideologi Pancasila dan akan mengganti Pancasila dengan daulah islamiyah dengan khilafahnnya. Daulah islamiyah dijadikan sebagai alat oleh orang-orang tertentu, pada dasarnya daulah islamiyah itu baik kalau ditegakkan dengan rahmatan lil 'alamin, bukan dengan kekerasan.
sumber mataramnews