Islamoderat.com ~ Sanad keguruan menjadi ciri khas kalangan nahdliyin dalam menerima ilmu agama. Selain keakuratan ilmu dan kesalehan guru, sanad sangat dibutuhkan. Karenanya, sanad keguruan ini perlu dibaca setiap kali pengajian. Kalau perlu, mata rantai keilmuan itu diunggah di media sosial, website, atau akun-akun pribadi lainnya.
“Minta saja kepada para kiai kita. Lalu unggah di website atau blog. Ini sangat dibutuhkan,” kata Gus Ainun Najib yang belakangan namanya mencuat melalui website Kawal Pemilu di Jakarta, Selasa (16/6).
Ainun selama ini resah atas banjirnya ajaran-ajaran agama yang cenderung radikal dan ekstrem di internet. Sementara mereka tidak memiliki sanad yang menyambungkan paham yang mereka ajarkan hingga ke Rasulullah atau ulama yang menulis kitab-kitab rujukan.
Pada forum Workshop Penguatan Jaringan Anti Radikalisme di Dunia Muda untuk Ulama Muda yang digagas NU Online dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Gus Ainun mengapresiasi tingginya pengguna internet di kalangan nahdliyin.
“Dengan tingginya angka pengguna, maka sanad-sanad guru agama kita akan semakin tampak pohon besarnya. Mintalah usai mengaji dengan guru-guru kita. Mereka akan memberikannya. Sanad menjadi pertanggungjawaban keilmuan selain validitas ilmu dan kezuhudan guru yang bersangkutan,” kata Gus Ainun yang kini tinggal di Singapura sebagai konsultan teknologi dan informasi.
Menurut Ainun, ilmu agama berbeda dari ilmu pada umumnya. Sanad dibutuhkan antara lain untuk memastikan distorsi informasi keagaman antara penerima dan penyampai ilmu.
Sebagaimana diketahui bahwa ilmu dan orang berilmu pengetahuan mendapat tempat istimewa di kalangan nahdliyin. Kecuali itu, sanad keguruan yang menyambung penerima ilmu dan generasi sebelumnya sangat diperhatikan. (Alhafiz K)
sumber nu.or.id
“Minta saja kepada para kiai kita. Lalu unggah di website atau blog. Ini sangat dibutuhkan,” kata Gus Ainun Najib yang belakangan namanya mencuat melalui website Kawal Pemilu di Jakarta, Selasa (16/6).
Ainun selama ini resah atas banjirnya ajaran-ajaran agama yang cenderung radikal dan ekstrem di internet. Sementara mereka tidak memiliki sanad yang menyambungkan paham yang mereka ajarkan hingga ke Rasulullah atau ulama yang menulis kitab-kitab rujukan.
Pada forum Workshop Penguatan Jaringan Anti Radikalisme di Dunia Muda untuk Ulama Muda yang digagas NU Online dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Gus Ainun mengapresiasi tingginya pengguna internet di kalangan nahdliyin.
“Dengan tingginya angka pengguna, maka sanad-sanad guru agama kita akan semakin tampak pohon besarnya. Mintalah usai mengaji dengan guru-guru kita. Mereka akan memberikannya. Sanad menjadi pertanggungjawaban keilmuan selain validitas ilmu dan kezuhudan guru yang bersangkutan,” kata Gus Ainun yang kini tinggal di Singapura sebagai konsultan teknologi dan informasi.
Menurut Ainun, ilmu agama berbeda dari ilmu pada umumnya. Sanad dibutuhkan antara lain untuk memastikan distorsi informasi keagaman antara penerima dan penyampai ilmu.
Sebagaimana diketahui bahwa ilmu dan orang berilmu pengetahuan mendapat tempat istimewa di kalangan nahdliyin. Kecuali itu, sanad keguruan yang menyambung penerima ilmu dan generasi sebelumnya sangat diperhatikan. (Alhafiz K)
sumber nu.or.id