Islamoderat.com ~ Dia lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Dia termasuk salah seorang yang menerima Islam di awal perjalanan dakwah Islam, Utsman adalah orang yang diajak Abu Bakar untuk memeluk Islam. Melakukan dua kali Hijrah, pertama ke Ethiopia kedua ke Madinah.
Dia menikah dengan Ruqayyah, seorang putri Rasulullah. Ruqayyah meninggal bertepatan saat berlangsungnya perang badar. Inilah yg menyebabkan dia tidak ikut serta dalam perang Badar karena merawat istrinya, itupun setelah ia mendapat izin dari Rasulullah. Rasulullah kemudian menikahkannya dengan putrinya yang lain, yaitu Ummu Kultsum. Para Ulama berkata: "tak ada seorangpun yang menikahi dua anak seorang Nabi kecuali Utsman bin Affan. Oleh sebab itu Utsman diberi gelar Dzun Nurain (Pemilik dua cahaya).
Nenek Utsman (dari garis Ibunya) adalah saudara kembar ayah Rasulullah, Abdullah. Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Utsman bin Affan adalah lelaki yang berpostur semampai, tidak tinggi dan tidak juga pendek. Wajahnya rupawan, putih kemerahan, di wajahnya ada bintik-bintik bekas cacar, jenggotnya tebal, pundaknya lebar, tangannya panjang, penuh bulu, rambutnya keriting menutupi telinganya, disemir kuning, botak, giginya indah. Ibnu Adi meriwayatkan dari Aisyah Ia berkata: Tatkala Nabi menikahkan anaknya Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan, Nabi berkata kepadanya: “Sesungguhnya suamimu adalah orang yang paling mirip dengan kakekmu Ibrahim dan ayahmu Muhammad.” Tatkala Ummu Kultsum meninggal dunia, Imam Thabrani meriwayatkan dari 'Ishmah bin Malik, Nabi saat itu berkata: “Nikahkanlah anak kalian dengan Utsman, andaikata saya memiliki putri ketiga, niscaya akan saya nikahkan putriku dengan Utsman dan tidaklah aku nikahkan kecuali karena ada wahyu dari Allah.”
Utsman bin Affan dilantik menjadi khalifah tiga hari setelah disemayamkannya Umar bin Khattab. Di tahun pemerintahannya benteng-benteng pertahanan pasukan Romawi ditaklukkan. Utsman juga mengganti Al-Mughirah Gubernur Kufah, dengan Sa'ad bin Abi Waqqash. Pada tahun 25 H, Utsman mencopot Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatannya, sebagai penggantinya ia mengangkat Al Walid bin Uqbah bin Mu'ith. Dia seorang dari generasi sahabat, saudara sesusu Utsman. Pengangkatan inilah yang menjadi bencana untuknya karena dia dianggap mendahulukan kerabatnya dalam masalah jabatan.
Diriwayatkan bahwa Al Walid pernah menjadi Imam jamaah Shalat Subuh dalam keadaan mabuk, Shalat subuh yang semestinya 2 raka'at dilaksanakannya jadi 4 raka'at, kemudian ia menoleh pada makmumnya seraya berkata: “Apakah raka'atnya harus saya tambah?".
Pada tahun 26 H, Utsman memperluas Masjidil Haram Mekkah, Ia membeli tanah penduduk untuk perluasan itu. Pada tahun 27 H, Utsman memecat 'Amr bin 'Ash dari jabatan Gubernur Mesir diganti Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarah. Gubernur baru ini pergi dengan pasukannya ke wilayah Afrika dan membuka wilayah serta pegunungan-pegunungan Afrika. Andalusia juga dibuka pada tahun ini. Pada tahun itu pula Muawiyah menyerang Cyprus, dia menyeberang laut dengan pasukannya. Sebenarnya Muawiyah pada masa Umar bin Khattab beberapa kali meminta pada Umar untuk menyerang Cyprus dengan kapal. Umar bin Khattab kemudian mengirim surat pada Amr bin 'Ash agar dia menggambarkan bagaimana sebenarnya kondisi lautan dan bagaimana mengarungi lautan itu. Amr bin Ash menulis balik kepada Umar, “Sesungguhnya saya melihat bahwa laut itu adalah mahluk yang besar yang akan diarungi oleh mahluk kecil, jika dia diam dan tenang dia akan mengguncang kalbu dan jika dia bergerak dia akan mengerikan otak, sedangkan mereka di dalam lautan laksana ulat yang ada di kayu, jika miring akan tenggelam dan jika selamat dia akan terbelah." Setelah membaca surat itu, Umar bin Khattab mengirim Surat pada Mu'awiyah "Demi Allah saya tidak akan membawa seorang muslim pun melakukan penyerangan tersebut!." Mu'awiyah menyerang Cyprus pada masa pemerintahan Utsman.
Pada tahun 29 H, Ishthahar, Fasa ditaklukkan lewat peperangan. Pada tahun ini pula Utsman meluaskan Masjid Nabawi Dia membangunnya dengan batu berukir, tiang-tiangnya terbuat dari batu, sedangkan atapnya dari jati. Pada 29 H, kota Jur dan beberapa kota lainnya di Khurasan ditaklukkan. Naisabur dibuka dengan damai, sedangkan Thus, Sarkhas, Marwu' Baihaq ditaklukkan dengan cara damai. Ketika kota-kota tersebut telah dibuka, maka banyaklah pajak yg disetorkan kepada Kekhalifahan dari berbagai penjuru. Rizki melimpah.
Pada tahun 33 H, Abdullah bin Sa'ad bin Sarah menyerang Habasyah, pada tahun 34 H orang-orang Kufah mengusir Sa'id bin Al 'Ash dan mereka menerima Abu Musa untuk menjadi Gubernur Kufah.
Pada tahun 35 H inilah Utsman terbunuh. Utsman bin Affan memangku kekhilafahan selama 12 tahun Selama 6 tahun pertama pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian padanya, sebab dia adalah sosok yang lebih disenangi oleh orang Quraisyi daripada Umar bin Khattab. Sebab Umar sangat keras dan tegas pada mereka. Tatkala Utsman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka, namun kemudian setelah itu dia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka, lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya pada enam tahun terakhir.
Utsman memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika, dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai jalinan tali silaturrahim. Utsman berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka, namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya, dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku. Orang-orang yang ada saat itu menyatakan protes.” (Riwayat ibnu Sa'ad).
Ibnu Al-Musayyib menjawab pertanyaan Ibnu Asakir perihal terjadinya tragedi terbunuhnya Utsman, “Sesungguhnya tatkala Utsman memerintah ada sebagian sahabat yang tidak suka terhadap pemerintahannya, sebab Utsman lebih condong kepada kaumnya. Ia memangku Khilafah 12 tahun yang dia angkat sebagai pejabat-pejabat pemerintahan kebanyakan berasal dari Bani Umayyah yang tdk pernah hidup bersama Rasulullah, orang-orang yang menjabat itu tidak disenangi oleh sahabat-sahabat Rasulullah. Utsman dicela oleh para sahabat akibat tindakan pengangkatan mereka, namun dia tidak memecat mereka.”
Ketika Utsman mengangkat Abdullah bin Abi Sarah menjadi Gubernur Mesir. Orang-orang Mesir mengadukan persoalan-persoalan yang mereka hadapi dan mereka merasa teraniaya olehnya, orang-orang Mesir mengadukan tingkah buruk yang dilakukan oleh Abdullah bin Abi Sarah, Utsman kemudian menulis surat kepada Abdullah bin Abi Sarah dan dia memperingatkan dengan peringatan yang sangat keras namun Abdullah bin Abi Sarah tidak mau menerima apa yang diperingatkan oleh Utsman, dia bahkan memukul orang-orang Mesir yang diutus oleh Utsman dan membunuhnya.
Setelah itu sekitar 700 orang Mesir datang ke Madinah, mereka kemudian memasuki Masjid Nabawi dan mengadukan kepada para Sahabat tentang perlakuan jahat Abdullah bin Sarah.
Thalhah bin Ubaidillah berdiri dan mengucapkan perkataan yang sangat keras pada Utsman bin Affan. 'Aisyah kemudian mengirim surat kepada Utsman: “Sahabat Rasulullah datang kepadamu dan memintamu memecat orang itu namun kamu tidak memecatnya Padahal salah seorang diantara mereka telah dibunuh oleh pejabat yang kamu angkat, maka berlakulah adillah kamu kepada orang-orangmu!.”
Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga datang menemui Utsman dan berkata: “Sesungguhnya mereka meminta kamu untuk menggantikan orang itu dengan orang lain Dan mereka mengatakan pejabatmu telah menumpahkan darah. Maka pecatlah orang itu dan putuskanlah di antara mereka. Jika ada hal yg wajib diberlakukan kepadanya, maka berlaku adillah kepada mereka.”
Utsman kemudian berkata kepada mereka, “Pilihlah orang yang kalian sukai, dan saya akan jadikan dia sebagai pemimpin kalian, kemudian akan saya dudukkan dia sebagai pengganti Abdullah bin Abi Sarah." Orang-orang Mesir itu berkata: “Jadikanlah Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur untuk kami.”
Utsman kemudian menulis keputusan dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Kemudian Muhammad bin Abu Bakar dan orang-orangnya keluar menuju Mesir. Tatkala perjalanan telah berlangsung selama 3 hari dari Madinah tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seorang pelayan kulit hitam legam yang menunggang unta dan memukulnya dengan lecutan yang keras seakan-akan dia sedang dikejar seseorang atau mengejar seseorang. Orang-orang Muhammad bin Abu Bakar berkata, “Apa yg terjadi kepadamu, seakan-akan kamu sedang dikejar seseorang atau mengejar seseorang?”. Orang itu berkata, “saya adalah pelayan Utsman bin Affan, saya diperintahkan untuk menemui Gubernur Mesir". Salah seorang sahabat Muhammad bin Abu Bakar berkata, “Lho, bukankah Gubernur Mesir ada di sini?” Orang itu berkata, “Bukan dia yang aku maksud!”
Muhammad bin Abu Bakar diberitahu tentang kedatangan orang itu. Dia kemudian mengutus orang untuk memanggil orang tadi. Orang itu kemudian dibawa ke hadapan Muhammad bin Abu Bakar. Dia berkata, “Siapa engkau wahai pelayan?” Dia kemudian menatap Muhammad bin Abu Bakar dan berkata, “Saya adalah pelayan Amirul Mukminin.. Saya juga pelayan Marwan bin Hakam.” Kemudian orang-orang yang hadir di situ diperintahkan untuk mencari tahu siapa sebenarnya pelayan kulit hitam ini. Muhammad bin Abu Bakar kemudian bertanya lebih lanjut “dengan apa kau diutus?”, “Saya membawa sepucuk surat” jawab pelayan itu. “Apakah kau bawa surat itu sekarang?” Tanya Muhammad bin Abu Bakar. “Tidak!”Pelayan itu menjawab.
Kemudian mereka menggeledah pelayan itu, tidak diketemukan surat, hanya diketemukan sebuah kantong kulit yang telah mengering. Di dalam kantong kulit ada sesuatu yang bergerak-gerak, sahabat-sahabat Muhamad bin Abu Bakar menggoncang-goncangkannya agar isi kantong itu keluar namun tidak keluar juga, akhirnya mereka menyobek kantong kulit itu, ternyata di dalamnya ada surat yang dikirim Utsman untuk Abdullah bin Abi Sarah. Muhammad bin Abu Bakar kemudian mengumpulkan orang-orang Anshar, Muhajirin dan beberapa lainnya, lalu dia membuka surat itu di hadapan mereka yang hadir. Ternyata dalam surat itu tertulis:“Jika datang Muhammad bin Abu Bakar dan orang-orangnya maka bunuhlah mereka, dan batalkan isi surat yang dia bawa dan tetaplah kamu bertugas pada jabatanmu sekarang hingga datang perintahku penjarakan orang-orang yang datang kepadaku yang mengatakan bahwa dia dizhalimi olehmu, hingga aku perintahkan hal lain untukmu, Insya Allah.”
Selesai membaca surat itu mereka sangat kaget. Mereka bingung dan akhirnya kembali menuju Madinah. Selesai membaca surat itu mereka sangat kaget, mereka bingung dan akhirnya kembali menuju Madinah. Muhammad bin Abu Bakar kemudian menandai surat itu dengan tanda tangannya dan juga beberapa orang yang hadir di situ. Lalu mereka datang ke Madinah.
Mereka mengumpulkan Thalhah, Zubair, Sa'ad, Ali dan beberapa sahabat Rasulullah yang lain, mereka membuka surat itu serta mengabarkan tentang kisah pelayan kulit hitam itu. Mereka membacakan kepada yg hadir isi surat tersebut isi surat itu menjadikan tak ada seorang pun dari penduduk Madinah yang tidak membenci Utsman bin Affan.
Peristiwa ini juga menambah kemarahan orang-orang (bani) yang mendukung Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar al Ghifari dan Ammar bin Yasir (Karena sebelumnya pernah terjadi percekcokan antara Utsman dan Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar al Ghifari dan Ammar bin Yasir.) Sahabat-sahabat Rasulullah itu kemudian kembali ke rumahnya masing-masing dengan perasaan jengkel.
Masih pada tahun 35 H, kejengkelan membuncah, orang-orang akhirnya melakukan pengepungan kediaman Khalifah Utsman bin Affan. Tatkala melihat peristiwa genting ini, Ali mengutus seseorang untuk menemui Thalhah, Zubair, Sa'ad, Ammar dan beberapa sahabat ahli badar, Ali kemudian mendatangi Utsman bersama surat dan pelayan kulit hitam itu. Ali berkata, “Apakah pelayan ini adalah pelayanmu?”
Utsman menjawab, “Ya!”
“Lalu apakah unta ini untamu?” Lanjut Ali.
“Ya!”, Jawab Utsman.
“Apakah engkau yang menulis surat ini?” Tanya Ali.
“Tidak!” Jawab Utsman, dia bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak menulis surat itu, tidak pula pernah menyuruh siapa pun untuk menulis surat itu dan dia sama sekali tidak tahu menahu tentang surat dan isi surat tadi.
Ali kemudian berkata, “Apakah ini stempelmu?”
Utsman menjawab, “Ya!”
Ali berkata, “Lalu bagaimana mungkin pelayanmu keluar dengan untamu dan dengan surat yang ada stempelmu, namun kamu tidak mengetahuinya?.”
Utsman bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak pernah menulis surat itu, tidak pula pernah memerintahkan seorangpun untuk menuliskannya, “Saya tidak pernah memerintahkan pelayan ini untuk menuju ke Mesir”. Kata Utsman.
Orang-orang mengenal bahwa tulisan yang ada di surat itu adalah tulisan Marwan. Lalu orang-orang meminta Utsman menyerahkan Marwan, namun Utsman menolak. Utsman khawatir Marwan akan dibunuh. Lalu sahabat-sahabat Muhammad bin Abu Bakar keluar dari ruangan dengan kemarahan memuncak. Para pengikut Muhammad bin Abu Bakar mengepung rumah Utsman. Mereka tidak memberi air minum kepada Utsman.
Dalam keadaan terkepung, Utsman yang saat itu berusia antara 80-90 tahun melihat orang-orang yang mengepung itu sambil berkata “Adakah Ali bin Abi Thalib di antara kalian?”
Mereka berkata, “Tidak ada!”
“Adakah Sa'ad di antara kalian?” Kata Utsman.
“Tidak ada!” Jawab mereka.
Dia berkata, “Tidakkah ada di antara kalian yang menyampaikan pesanku kepada Ali agar dia memberiku air?”.
Lalu mereka menyampaikan pesan itu pada Ali. Kemudian Ali mengirimkan kepadanya 3 gentong yang penuh air. Hampir saja air itu tidak sampai kepadanya karena massa yang mengepung. Bahkan pelayan yang diutus mengantar air 3 gentong sampai terluka. Kabar sampai kepada Ali bahwa massa itu ingin membunuh Utsman. Ali bin Abi Thalib lalu berkata kepada kedua putranya Al Hasan dan Al Husein; “Pergilah kalian dengan pedang kalian hingga kalian berdua berdiri di depan pintu Utsman dan jangan biarkan satu orang pun untuk menyentuhnya.”
Zubair, Thalhah dan beberapa sahabat Nabi juga mengutus anak-anaknya untuk mencegah massa itu masuk ke dalam rumah Utsman, serta meminta agar Marwan diserahkan pada mereka. Tatkala melihat hal tersebut, massa melempari pintu rumah Utsman dengan anak panah hingga membuat Al Hasan bersimbah darah, Ibnu Thalhah terkena 1 anak panah, Qanbar mantan pembantu Ali, dan juga Marwan yang ada di dalam rumah. Peristiwa terlukanya Al Hasan membuat Muhammad bin Abu Bakar ketakutan akan kemarahan Bani Hasyim. Lalu Muhammad bin Abu Bakar mengapit tangan 2 orang dan berkata: “Jika Bani Hasyim datang dan melihat darah mengalir pada wajah Al Hasan, orang tidak akan memperhatikan lagi masalah Utsman maka gagallah apa yang kita inginkan, oleh karena itulah pergi kalian bersama kami, kita panjat pagar, kita bunuh Utsman tanpa ada seorangpun yang tahu.”
Mereka kemudian memanjat pagar rumah Utsman lewat bangunan milik tetangga, menyelinap hingga akhirnya mereka bisa masuk ke ruangan rumah. Muhammad bin Abu Bakar berkata kepada kedua orang temannya, “Tinggallah kalian di tempat, sebab dia berada bersama Istrinya, saya yang akan masuk duluan. Jika saya telah masuk dan telah meringkusnya, maka masuklah kalian, lalu pukullah dia hingga mati.” Muhammad bin Abu Bakar masuk, lalu dia memegang jenggot Utsman. Utsman berkata, “Demi Allah, andaikata ayahmu melihat, niscaya dia sangat tidak senang dengan sikap yang kamu lakukan ini" mendengar ucapan ini Muhammad bin Abu Bakar menarik tangannya. Setelah itu tiba-tiba masuk dua orang tadi dan menghabisi Utsman, mereka melarikan diri melalui tempat di mana mereka masuk. Istri Utsman histeris, namun teriakannya tidak kedengeran karena di dalam rumahnya terjadi kegaduhan, Istri Utsman naik ke atas rumah menemui orang-orang yang di sana. Dia berkata. “Amirul Mukminin telah dibunuh.” Orang-orang yang ada di tempat itu segera masuk, dan ternyata mereka mendapati Utsman telah tewas disembelih. Kabar terbunuhnya Utsman itu sampai kepada Ali, Thalhah, Zubair serta Sa'ad yang saat itu ada di Madinah, mereka segera keluar seakan tidak percaya terhadap peristiwa tragis yang menimpa Utsman, mereka dapatkan Utsman dibunuh dengan sadis, mereka mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un. Ali berkata kepada kedua anaknya Al Hasan dan Al Husein, “Bagaimana mungkin Amirul Mukminin bisa terbunuh padahal kalian berdua sedang berada di depan pintu?”
Dia mengangkat tangannya dan menampar Al Hasan dan dada Al Husein, Ali juga memarahi Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Ali keluar dari tempat itu hingga sampai di rumahnya, orang-orang mengejarnya dari belakang dan berkata: “Kami akan nyatakan bahwa kami membaiatmu. Maka ulurkan tanganmu, sebab wajib bagi kita untuk mempunyai seorang pemimpin.” Ali berkata, “Urusan ini bukanlah hak kalian, ini hak orang-orang Ahli Badar, barangsiapa yang diridhai oleh Ahli Badar sebagai Khalifah, dia akan menjadi Khalifah.”
Sejak Utsman terbunuh, tidak ada seorangpun yang tidak datang kepada Ali untuk memintanya menjadi Khalifah. Mereka berkata kepada Ali, “kami tidak melihat seorangpun yang lebih berhak untuk menjadi khalifah daripada engkau". Mereka membai'at Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Marwan dan anaknya melarikan diri. Kemudian Ali mendatangi istri Utsman dan berkata kepadanya, “Siapa yang membunuh Utsman?” Istri Utsman berkata: “Saya tidak tahu, ada 2 oraang yang masuk yang saya tidak ketahui siapa dia. Bersama 2 orang itu masuk Muhammad bin Abu Bakar."
Dia mengabarkan kepada Ali apa yang diperbuat Muhammad bin Abu Bakar. Kemudian Ali memanggil Muhammad bin Abu Bakar. Ali menanyakan kepadanya tentang apa yang diceritakan oleh Istri Utsman. Muhammad bin Abu Bakar berkata: “Dia tidak bohong. Demi Allah saya masuk ke dalam kamarnya dan saya bermaksud untuk membunuhnya, namun dia (Utsman) mengingatkanku dengan Ayahku. Maka saya berdiri dan saya bertobat kepada Allah, Demi Allah, saya tidak membunuhnya dan tidak pula saya menyentuhnya.” Istri Utsman berkata, “Dia benar, namun dialah yang memasukkan dua orang itu ke dalam rumah.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Kinanah mantan budak Shafiyah serta yang lain. Mereka berkata: “Seorang penduduk Mesir dengan warna kulit sawo matang, yang disebut dengan Himar, telah membunuh Utsman.” Pembunuhan Utsman terjadi pada hari Tasyriq pada tahun 35 Hijriyah. Disebutkan bahwa dia dibunuh pada hari Jumat, tgl 18 Dzulhijjah, dia dikuburkan pada malam Sabtu, antara Maghrib dan Isya' di pemakaman Baqi'.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah bahwa dia datang menemui Utsman yang saat itu sedang dikepung. Dia berkata: “Sesungguhnya engkau adalah pemimpin kaum muslimin. Sedangkan kau melihat apa yang kini terjadi kepada dirimu. Saya mengajukan 3 solusi, Pertama, kau keluar menemui mereka dan kau perangi mereka, karena engkau memiliki banyak pengikut dan mempunyai kekuatan, engkau benar sedangkan mereka berada di jalan yang salah. Atau, kedua akan kami bukakan pintu jalan keluar lalu naiklah kendaraan ke Mekkah. Atau ketiga, kamu pergi ke Syam dan di sana ada Mu'awiyah.” Utsman berkata, “Adapun jika saya keluar dan memerangi mereka, maka saya akan menjadi orang pertama kali mengingkari apa yang diucapkan Rasulullah dengan jalan menumpahkan darah. Adapun jika saya melarikan diri ke Makkah, maka sesungguhnya saya mendengar Rasulullah pernah berdabda, jika ada seorang Quraisy yang mulhid (ingkar kepada Allah) di Makkah, maka kepadanya akan ditimpakan separuh siksaan dunia.” Sedangkan jika saya ke Syam, maka ketahuilah bahwa saya tidak akan pernah meninggalkan tempat saya hijrah dan tempat Rasulullah menetap sekarang.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Tsaur Al-Fahmi dia berkata: Saya masuk menemui Utsman--saat itu dia dikepung-- Utsman saat itu berkata: “Saya memiliki keutamaan di sisi Tuhanku dengan sepuluh perkara: saya adalah orang keempat --dari kalangan laki-laki-- yang masuk Islam, saya telah mempersiapkan bekal pasukan yang sedang mengalami kesulitan (Jasy Al-'Usrah). Rasulullah telah menikahkanku dengan putrinya, ketika yang pertama meninggal dia menikahkanku dengan putrinya yang lain, saya tidak pernah menyanyikan lagu-lagu, saya tidak pernah mengangankan sesuatu, saya tidak pernah memegang kemaluanku dengan tangan kananku sejak jadi pengikut Rasulullah dan tidaklah hari jum'at datang kecuali saya bebaskan seorang budak, jika berhalangan saya bebaskan budak hari keesokannya. Saya tidak pernah melakukan perzinahaan di zaman Jahiliyah ataupun di masa Islam, tidak pernah mencuri di masa jahiliyah atau pun masa Islam. Saya telah menghimpun Al Qur'an sesuai janjiku kepada Rasulullah SAW."
Al Askari berkata dalam kitabnya Al-Awail: Utsman adalah orang yang pertama kali memberi tanah kepada siapa yang berhak menerimanya. Dia yang pertama kali menjadikan binatang mendapat perlindungan di ladang-ladang. Dia orang yang pertama kali memerintahkan Muadzdzin untuk mengumandangkan adzan 2 kali pada hari Jum'at, sekaligus memberi honor kepada Muadzdzin. Dia adalah orang yang pertama kali mendahulukan khutbah hari raya daripada Shalat. Dia adalah orang yang pertama kali menjabat Khilafah saat ibunya masih hidup.
Penulis : Iqbal Kholidi via muslimedianews.com