Seperti yang dipraktekkan Sunan Kudus dengan akhlaknya dan menjaga perasaan warga Kudus tidak menyembelih sapi yang dikeramatkan Hindu ketika Idul Adha. Sehingga Ki Ageng Pancowati memberikan keratonnya yang lantas dijadikan Masjid Agung Kudus." Tutur Habib Luthfi bin Yahya dalam ceramahnya acara Peringatan 1 Muharram di Pendopo Kab. Tegal, Selasa malam Rabu (13/10).
Habib
Luthfi menceritakan saat masih kecil, rata-rata anak kecil waktu itu
hafal kisah Mahabarata mulai dari keturunan Arabnya, Jawanya, Indianya,
yang di dalamnya menjelaskan budi pekerti. Di dalam Mahabarata ada 3
tokoh wayang; Krisno, Werkudoro, Semar, yang semua kulitnya dibuat hitam
oleh Sunan Kalijogo. Filosofinya, hitam tidak bisa terkontaminasi oleh
warna lain, ia mempunyai jati diri, harga diri, kehormatan diri.
Krisno
mempunyai senjata cupu manik, yaitu tidak memperebutkan kekuasaan namun
menata, bertirakat mempersiapkan dirinya menjadi sang noto, ketika
sudah menjadi sang noto ia belajar lagi menjadi biar mandito. Ilmunya
umara dan ulama dipersatukan seperti yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani: "Kalau terjun ke masyarakat punyailah 3 ilmu yaitu ilmu ulama, hikmah hukama dan siyasah muluk."
Senjatanya
lagi kembang wijoyo; tau, tanggap dan mengerti mana daerah yang subur
dan tidak. Menyuburkan tanah agar melimpah hasil buminya dan
memasarkannya. Cokro, salah satu senjatanya lagi, bisa mengatasi masalah
yang tidak menggunakan emosi. Sehingga bisa menjaga wibawa dan tidak
direndahkan oleh bangsa lain.
Wayang
selanjutnya Werkudoro (Bima), tulang punggung bangsa seperti ulama,
TNI, Polri, yang melahirkan 3 tokoh yaitu Gatot Kaca yang terkenal bisa
terbang melihat perang dari atas yang berarti ia ahli antariksa,
astronomi dan perhubungan udara.
Yang kedua adalah Ontorejo, yang bisa masuk ke dalam tanah yang berarti ia ahli pertambangan, geologi, vulkanologi, pertanian dan atau apa saja kekayaan yang terkandung di dalam bumi pertiwi. Yang terakhir ahli kelautan, Ontoseno.
Yang kedua adalah Ontorejo, yang bisa masuk ke dalam tanah yang berarti ia ahli pertambangan, geologi, vulkanologi, pertanian dan atau apa saja kekayaan yang terkandung di dalam bumi pertiwi. Yang terakhir ahli kelautan, Ontoseno.
Semar,
ia gendut, bagian terpenting, yang berarti menyediakan makanan dengan
mempersiapkan lumbung-lumbung agar rakyatnya sejahtera, memberikan kas
kepada pemerintahnya dan pemerintah menjadi partner yang baik bagi
masyarakat.
Inilah
salah satu pemikiran Sunan Kalijogo yang orisinil dan jauh ke depan,
yang mana sebetulnya tidak ada cerita demikian dalam Mahabarata versi
aslinya.
Inipun diambil dari spirit hijrahnya Nabi Saw. yang diejawantahkan. Mari hijrah dari bodoh ke pintar, dari kering ke basah, dari tidak sadar ke sadar, dari tidak merasa mempunyai Indonesia menjadi merasa mempunyai Indonesia.
Inipun diambil dari spirit hijrahnya Nabi Saw. yang diejawantahkan. Mari hijrah dari bodoh ke pintar, dari kering ke basah, dari tidak sadar ke sadar, dari tidak merasa mempunyai Indonesia menjadi merasa mempunyai Indonesia.
Acara
tersebut juga dihadiri oleh KH. A. Mustafa Bisri atau Gus Mus, para
ulama dan habaib se-Kab. Tegal, Ki Enthus Susmono (Bupati Tegal) beserta
wakilnya, TNI, Polri, dan seluruh elemen masyarakat yang didominasi
oleh para pemuda. (Disarikan dari catatan Gus Ahmad Hasby Faqih El-yamani).
via muslimedianews.com