Islamoderat.com ~ Karang Taruna merupakan organisasi kepemudaan yang lahir sebagai wadah kreatifitas pemuda kampung. Pada Ahad (16/08/2015) malam, kelompok Karang Taruna desa Palur, dusun Jatimalang-Karanganyar bersama-sama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Transformatif (KKN-T) kelompok 30 Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Surakarta menyelenggarakan tirakatan.
Sebenarnya, Menurut Pak Suramto selaku ketua Kebayanan satu, Desa Palur, mengatakan bahwa “tirakatan ini sudah biasa diadakan setiap tahun yaitu pada malam menjelang hari kemerdekaan republik Indonesia (tujuh belasan). Namun, malam itu ada yang lebih menarik, yaitu para sesepuh dan aparat di dusun Jatimalang menyerahkan semua kegiatan termasuk susunan kepanitian dan penampilan kepada pemuda Karang Taruna, seperti halnya penampilan Wayang Golek yang ditampilkan langsung oleh generasi muda dusun Jatimalang yaitu dalang Ki Jungkung Setyo Utomo, yang sekarang sedang menunggu wisuda di ISI Surakarta.
Malam itu, tempat yang dipilih adalah rumah Mbah Madiyo, sebagai sesepuh Dusun Jatimalang yang masih hidup sebagai saksi sejarah kemerdekaan republik Indonseia. Dan disesuaikan dengan tema yang diangkat, yaitu“ kembali ke masalalu dengan semangat kemerdekaan”. Tidak hanya itu, jika kita duduk bersama warga di sana, kita akan merasakan suasana masa lalu tidak hanya dari penataan panggung tapi juga suguhan makanan, seperti singkong dan kacang rebus, nasi gudang dan nasi trancam dan teh hangat.
Robert Dwi Setiawan selaku ketua pelaksana dari generasi pemuda Dusun Jatimalang, mengatakan pada sambutan acara tersebut, bahwa: “tempat dan tema itu sengaja dipilih agar dapat menggugah dan mengalirkan semangat kemerdekaan yang dilakukan oleh para pendiri bangsa. Sebagai generasi muda kita tidak hanya berpangku tangan menikmati kemerdekaan, namun, perjuangan harus tetap harus dijaga, seperti berjuangan melawan kebodohan dan kemalasan atau mengubah prilaku negatif ke yang lebih kreatif dan positif. Bukan malah melakukan hal tidak baik untuk diri dan bangsa, terutama tentang sikap kenakalan pemuda saat ini seperti minum-minuman keras, tauran, dan lain-lain”.
“Para pendiri bangsa, seperti Soekarno, Hatta, Muhammad Yamin berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, tidak hanya bergerak di bidang ekonomi, politik dan agama, tapi mereka bergerak diberbagai bidang, seperti literasi, pendidikan dan kreatifitas lainnya. mereka bisa kita tiru dari semangat yang terus menggelora”.
Untung Sumarno S.P selaku perwakilan dari sesepuh kampung juga menjelaskan tentang, peran penting pemuda untuk Indonesia. “Pemuda/pemudi Indonesia adalah salah satu api semangat kemerdekaan, mereka kerap kali melakukan diskusi, aksi turun kejalanan untuk mencapai suatu kemerdekaan. Seperti dalam sejarah sebelum tercapainya kemerdekaan republik Indonesia pada 1928, para pemuda melakukan ikhtiar dan berdaulat menyatakan diri tentang cita-cita luhur untuk bangsa kita, Indonesia”.
Ampri Setiawan, Mahasiswa yang sedang melakukan KKN di dusun Jatimalang mengatakan bahwa, “acara seperti ini patut di apresiasi, sebab kepercayaan secara penuh terhadap pemuda atau pemudi yang ada di kampung akan mencipta dan mendidik rasa nasionalisme secara tepat, melalui pandangan mata, sentuhan tubuh, dan sumbangsih pemikiran, apalagi sampai menampilkan kreatifitas yang ia pelajari baik di sekolah dan ditempat lainnya”.
Malam itu, merupakan acara puncak pada kegiatan tujuhbelasan, sebelumnya pada (9/8/2015), diadakan beberapa kegiatan seperti jalan-jalan bersama menyusuri kampung dengan seluruh warga untuk mempererat tali kekeluargaan dan sikap gotong royong, dan dilanjutkan dengan kegiatan lomba-lomba, seperti, lomba makan kerupuk untuk anak-anak dan ibu-ibu, pecah kendi, ambil koin dalam semangka, lomba goyang balon dan panjat pinang oleh pemuda dan bapak-bapak serta bersih-bersih kampung.
Terlepas dari semangat pemuda pada kegiatan malam tirakatan menyambut hari kemerdekaan republik Indonesia, kegiatan yang melibatkan pemuda tetap menjadi bekal baik untuk mahasiswa ketika hidup bermsyarakat atau untuk pemuda yang nanti akan menjadi generasi tua dan akan mendidik generasi muda yang tentunya akan mendapat rintangan dan tingkah laku yang berbeda di setiap zamannya. Pemuda tetap harus dberikan wadah agar semangat juang yang ada pada dirinya tidak melenceng terhadap hal-hal yang negatif. Dengan demikian, pemuda tidak langsung menjadi tua, tapi memiliki biografi semangat pemuda yang dijadikan sumbangsih untuk wacana dunia maupun Indonesia.
Reportase Esai : Ach. Fitri via muslimedianews