Islamoderat.com ~ Jangankan di dunia nyata, di sosial media pun rasanya cukup berat, selalu saja ada rintangan ada yang menghina atau menghujat bahkan tak jarang menegor dengan dalih ayat:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah : 44).
Intinya, “Saya masih banyak kekurangan, dan masih melakukan sebagian perbuatan dosa. Aku merasa tidak pantas untuk berdakwah, sementara diriku sendiri masih banyak kekurangan”,
Sahabatku, dakwah itu kewajiban setiap manusia,dan kita turut berdosa jika tidak menasehati, membiarkan seseorang yang berbuat dosa, sedangkan kita mengetahuinya.
Begitulah tipuan setan, melemahkan semangat orang yang ingin berbuat baik dan menunjukkan saudaranya ke arah baik.
Ulama menjelaskan tentang ayat tsb:
ما لامهم على الدعوة.. ما لامهم على أمر الناس في الخير، وإنما لامهم على التقصير
“Allah mencela mereka bukan karena berdakwah dan beramar makruf, tapi karena bersikap meremehkan terhadap diri sendiri.”
Al-Habib Umar Bin Hafidz juga menasehati para penuntut Ilmu tetap wajib menyampaikan ilmunya,meskipun belum semua diamalkan. Allah,swt mensyariatkan dakwah atau mengajak manusia kepada kebaikan dan telah mensyariatkan pula kepada manusia untuk mengamalkan kebaikan. Apabila dia lemah dalam hal mengamalkan kebaikan, maka jangan ia mengumpulkan keburukan dengan keburukan yang lain, yaitu meninggalkan dakwah orang lain kepada kebaikan. Seandainya dalih diatas semacam itu benar, tentu tidak ada seorang pun yang pantas mengajak manusia kepada kebajikan. Karena tak seorang manusia kecuali ia memiliki kekurangan.
Akan tetapi bila ia jujur dalam berdakwah, ikhlas dalam mengajak manusia kepada kebaikan, maka sesungguhnya Allah menerima amal kebaikannya berupa ajakannya kepada manusia untuk melakukan amal kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.
Dan pahala yang menunjukkan kebaikan,sama seperti pelakunya.
Semoga hal ini menjadi penghapus dosanya atau memperkecil hukumannya atas kekurangan yang ada pada dirinya (tidak mengamalkan yang Allah Ta'ala perintahkan).
Meski tidak dapat dipungkiri, hal itu tercela disebabkan kekurangan tersebut. Akan tetapi bukan berarti kekurangannya dalam hal amalnya, menjadi alasan untuk meraih kekurangan pula dalam dakwahnya, menjadikan kita enggan untuk berdakwah.
Gunakanlah waktumu sebaik mungkin, tanamkan tiada hari tanpa menunjukkan kebaikan, dan orang yang menunjukkan kebaikan akan selalu condong hati dan amalnya ke arah baik.
Allahumma Ya Rabbana...
Berilah kami kekuatan, ketabahan dan Istiqamah dalam menyampaikan Agama-MU, Risalah Nabi-Mu. Shalallahu 'alaihi wa sallam..Aamiin...
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah : 44).
Intinya, “Saya masih banyak kekurangan, dan masih melakukan sebagian perbuatan dosa. Aku merasa tidak pantas untuk berdakwah, sementara diriku sendiri masih banyak kekurangan”,
Sahabatku, dakwah itu kewajiban setiap manusia,dan kita turut berdosa jika tidak menasehati, membiarkan seseorang yang berbuat dosa, sedangkan kita mengetahuinya.
Begitulah tipuan setan, melemahkan semangat orang yang ingin berbuat baik dan menunjukkan saudaranya ke arah baik.
Ulama menjelaskan tentang ayat tsb:
ما لامهم على الدعوة.. ما لامهم على أمر الناس في الخير، وإنما لامهم على التقصير
“Allah mencela mereka bukan karena berdakwah dan beramar makruf, tapi karena bersikap meremehkan terhadap diri sendiri.”
Al-Habib Umar Bin Hafidz juga menasehati para penuntut Ilmu tetap wajib menyampaikan ilmunya,meskipun belum semua diamalkan. Allah,swt mensyariatkan dakwah atau mengajak manusia kepada kebaikan dan telah mensyariatkan pula kepada manusia untuk mengamalkan kebaikan. Apabila dia lemah dalam hal mengamalkan kebaikan, maka jangan ia mengumpulkan keburukan dengan keburukan yang lain, yaitu meninggalkan dakwah orang lain kepada kebaikan. Seandainya dalih diatas semacam itu benar, tentu tidak ada seorang pun yang pantas mengajak manusia kepada kebajikan. Karena tak seorang manusia kecuali ia memiliki kekurangan.
Akan tetapi bila ia jujur dalam berdakwah, ikhlas dalam mengajak manusia kepada kebaikan, maka sesungguhnya Allah menerima amal kebaikannya berupa ajakannya kepada manusia untuk melakukan amal kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.
Dan pahala yang menunjukkan kebaikan,sama seperti pelakunya.
Semoga hal ini menjadi penghapus dosanya atau memperkecil hukumannya atas kekurangan yang ada pada dirinya (tidak mengamalkan yang Allah Ta'ala perintahkan).
Meski tidak dapat dipungkiri, hal itu tercela disebabkan kekurangan tersebut. Akan tetapi bukan berarti kekurangannya dalam hal amalnya, menjadi alasan untuk meraih kekurangan pula dalam dakwahnya, menjadikan kita enggan untuk berdakwah.
Gunakanlah waktumu sebaik mungkin, tanamkan tiada hari tanpa menunjukkan kebaikan, dan orang yang menunjukkan kebaikan akan selalu condong hati dan amalnya ke arah baik.
Allahumma Ya Rabbana...
Berilah kami kekuatan, ketabahan dan Istiqamah dalam menyampaikan Agama-MU, Risalah Nabi-Mu. Shalallahu 'alaihi wa sallam..Aamiin...
Oleh : Habib Quraisy Baharun