Islamoderat.com ~ Bulan Rajab merupakan salah satu bulan mulya, dimana umat Islam dianjurkan untuk berpuasa. Tetapi bagi salah satu partai bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ,bulan Rajab dijadikan sebagai momentum untuk memasarkan ide-ide khilafah versi mereka kepada masyarakat dengan kegiatan dibeberapa tempat
Tahun ini, Hizbut Tahrir akan menggelar acara seremonial kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Bila pada Rajab tahun 2014 lalu, mereka menggelar acara yang dinamakan KIP (Konferensi Islam dan Peradaban) di beberapa kota di Indonesia dengan slogan "#IndonesiaMilikAllah". Maka Rajab tahun 2015 ini, Hizbut Tahrir akan gelar acara yang dinamakan RPA (Rapat dan Pawai Akbar), dan slogannya #IndonesiaKitaTerancam.
Slogan #IndonesiaKitaTerancam yang dipakai HTI ini absurd, karena slogan tersebut ibarat "maling teriak maling". Ancaman yang dimaksud versi HTI adalah kapilatisme dan liberalisme. Semua opini yang mereka sebarkan akan dikaitkan dengan kapilatisme dan liberalisme agar posisi mereka yang sejatinya juga sebagai ancaman bagi Islam di Indonesia dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) diabaikan oleh umat Islam, atau bahkan tidak lagi dianggap sebagai ancaman.
Rapat dan Pawai Akbar (RPA) HTI itu rencanaya akan dilaksanakan di 34 kota besar di Indonesia, dimulai pada tanggal 9 Mei dan berakhir pada tanggal 30 Mei 2015 di Jakarta. Mereka mengklaim yang hadir akan mencapai 500 ribu orang di seluruh Indonesia.
Seremonial rutin HTI setiap bulan Rajab ini tidak ada bedanya dengan acara-acara pada tahun-tahun sebelumnya yang tidak akan pernah berdampak pada perubahan, sebaliknya hanya semarak sesaat yang memang selalu diikuti aktifis HTI dan berakhir setelah acara berakhir.
Yang perlu diketahui oleh umat Islam, khususnya Aswaja, bahwa sebelum acara tersebut berlangsung, HTI telah melakukan konsolidasi diantara mereka dan terus berupaya mengajak kalangan awam umat Islam untuk hadir sebanyak-banyak-nya. Kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) hendaknya berupaya memberikan penjelasan kepada umat Islam tentang bahaya gerakan yang nampak "Islami" tersebut, dan mewaspadai ajakan-ajakan mereka, serta tidak tergiur dengan tampilan-tampilan luar semata.
Oleh : Ibnu Manshur
Tahun ini, Hizbut Tahrir akan menggelar acara seremonial kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Bila pada Rajab tahun 2014 lalu, mereka menggelar acara yang dinamakan KIP (Konferensi Islam dan Peradaban) di beberapa kota di Indonesia dengan slogan "#IndonesiaMilikAllah". Maka Rajab tahun 2015 ini, Hizbut Tahrir akan gelar acara yang dinamakan RPA (Rapat dan Pawai Akbar), dan slogannya #IndonesiaKitaTerancam.
Slogan #IndonesiaKitaTerancam yang dipakai HTI ini absurd, karena slogan tersebut ibarat "maling teriak maling". Ancaman yang dimaksud versi HTI adalah kapilatisme dan liberalisme. Semua opini yang mereka sebarkan akan dikaitkan dengan kapilatisme dan liberalisme agar posisi mereka yang sejatinya juga sebagai ancaman bagi Islam di Indonesia dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) diabaikan oleh umat Islam, atau bahkan tidak lagi dianggap sebagai ancaman.
Rapat dan Pawai Akbar (RPA) HTI itu rencanaya akan dilaksanakan di 34 kota besar di Indonesia, dimulai pada tanggal 9 Mei dan berakhir pada tanggal 30 Mei 2015 di Jakarta. Mereka mengklaim yang hadir akan mencapai 500 ribu orang di seluruh Indonesia.
Seremonial rutin HTI setiap bulan Rajab ini tidak ada bedanya dengan acara-acara pada tahun-tahun sebelumnya yang tidak akan pernah berdampak pada perubahan, sebaliknya hanya semarak sesaat yang memang selalu diikuti aktifis HTI dan berakhir setelah acara berakhir.
Yang perlu diketahui oleh umat Islam, khususnya Aswaja, bahwa sebelum acara tersebut berlangsung, HTI telah melakukan konsolidasi diantara mereka dan terus berupaya mengajak kalangan awam umat Islam untuk hadir sebanyak-banyak-nya. Kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) hendaknya berupaya memberikan penjelasan kepada umat Islam tentang bahaya gerakan yang nampak "Islami" tersebut, dan mewaspadai ajakan-ajakan mereka, serta tidak tergiur dengan tampilan-tampilan luar semata.
Oleh : Ibnu Manshur