Islamoderat.com (ARSIP) ~ Krisis politik di negara Libya berdampak pada sejumlah yayasan yang disongkongnya di Indonesia. Seperti halnya Yayasan Khadafi Center yang berada di kawasan Pemukiman Muslim Az Zikra, Sentul Bogor.
|
Masjid Muammar Qaddafi, sumbangsih Presiden Libya |
|
QIC / Qaddafi Islamic Center |
|
Qaddafi Islamic Center, sebelum diubah namanya |
Yayasan yang dikelola oleh Yayasan Az Zikra pimpinan Ustad Arifin Ilham ini kini mengalami kesulitan pendanaan setelah pasokan dana dari pemerintah Libya dihentikan per -Februari lalu menyusul kemelut politik di negara itu.
Bahkan pengurus yayasan tersebut tengah berfikir untuk melakukan pergantian nama Yayasan Khadafi Center dengan nama lain. Namun pergantian Nama Qaddafy Islamic Center menjadi Az-Zikra ternyata belum disepakati seluruh pengurus Yayasan Khadafi Center.
"Kami belum setuju semua diganti nama tersebut," ujar Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Bogor Muhyiddin Junaidi ketika dihubungi, Rabu malam 23 Maret 2011.
Pergantian nama tersebut diinisiasi Ustad Arifin Ilham, Ketua Yayasan Az-Zikra. Masjid Muammar Qaddafy yang menyatu dengan Qaddafy Islamic Center berada di kawasan Pemukiman Muslim Bukit Az-Zikra, Sentul Bogor.
Ditilik dari namanya, kedua bangunan tersebut memang dibantu langsung oleh Presiden Libya Muammar Khadafi.
Muammar melalui Yayasan World Islamic Call Society Libya mendonasikan sekitar Rp 40 miliar untuk pembangunan pusat kajian Islam . "Sumber dana operasionalnya murni dari mereka," ungkap Muhyidin.
Setiap bulan,
Yayasan Dakwah dari Libya tersebut menyumbang Rp 128 juta untuk biaya operasional. Tapi ketika krisis politik bergulir di negara Pintu Gerbang Afrika Utara ini, aliran dana juga ikut krisis. Soalnya aset dan yayasan Khadafi dibekukan. Muhyidin mengatakan bantuan sudah berhenti pada akhir Februari lalu. Kemudian diikuti pergantian nama Pusat Kajian Islam tersebut.
Diakui Muhyiddin, komunikasi dengan Yayasan Dakwah di Libya juga ikut terputus. "
Kami akan terus pelihara komunikasi dengan Libya, meski terjadi perubahan peta politik," ujar dia.
Kini setelah terputusnya aliran dana, Ia menambahkan, Yayasan Az-Zikra tetap berusaha menghidupkan Pusat Kajian ISlam tersebut. (
ARSIP TEMPO, 11/3/2011)
|
berubah jadi az-zikra |