Densus Tangkap Ustadz Pesantren Tahfidz pro ISIS di Makassar


Islamoderat.com ~ Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap Ustad Basri, pimpinan Pondok Pesantren Tanfizul Al-Quran. Basri diringkus di depan Apotek Bungadia di BTN Hartaco Indah Blok A Nomor 29, Jalan Manuruki, Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Jumat, 24 April sekitar pukul 09.30 Wita. Basri disinyalir terlibat jaringan teroris dan membaiat anggota ISIS di Makassar.

Basri disergap sekitar 12 anggota Densus yang mengendarai dua mobil. Terduga teroris itu dibekuk saat pergi membeli sayur. Sepulang dari belanja, Basri ditangkap dan dibawa oleh aparat untuk proses pemeriksaan. "Iya benar, Ustad Basri ditangkap oleh Densus 88," kata Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat, saat dihubungi Tempo, Jumat, 24 April.

Anton mengatakan informasi penangkapan Basri diperolehnya langsung dari pihak Densus 88. Namun, sampai sekarang, Anton mengaku belum menerima laporan lengkap mengenai peran dan keterlibatan terduga teroris itu. "Saya tadi ditelepon soal penangkapan Ustad Basri. Kalau peran dan keterlibatannya, masih terus didalami. Toh, anggota masih di lapangan," tutur pria berkumis ini.

Anton menerangkan Basri akan menjalani pemeriksaan intensif untuk mengungkap jaringannya. Untuk saat ini, pemeriksaan dilakukan di Makassar, tapi tak disebutkan lokasinya. Kendati begitu, untuk proses pengembangan nantinya, tak menutup kemungkinan Basri akan diterbangkan ke Jakarta. "Untuk pematangan bisa di Jakarta," ujar bekas Kepala Polda Bangka Belitung itu.

Selama ini, Basri dikenal sebagai orang yang berpaham radikal dan pernah membaiat anggota ISIS di Makassar. Kelompok Basri juga menarik perhatian publik lantaran mengibarkan atribut bendera ISIS pada tablig akbar dan pengajian di Kompleks Perumahan Pesona, Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Minggu, 29 Maret lalu.

Dalam kegiatan itu, bendera mirip ISIS dikibarkan di sejumlah lokasi yang tidak jauh dari markas mereka. Kelompok Basri yang dikenal amat tertutup itu juga membentangkan spanduk yang menyebut 'Isu ISIS Pengalihan Kenaikan Harga BBM'. Lalu, ada spanduk berbunyi 'Turunkan Jokowi dan Seret ke Pengadilan' dan 'Hapuskan Penjajahan Cina'.

Basri sendiri menolak diwawancarai Tempo kala itu. Ia enggan berkomentar mengenai kegiatan maupun paham kelompoknya. Namun, kepada wartawan sebelumnya, Basri mengatakan pihaknya mengecam kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat. Soal keberadaan ISIS dinilai pengalihan isu mengenai kebijakan menaikkan tarif BBM yang menyengsarakan rakyat.

Basri juga menyebut tidak berkaitan dengan kelompok ISIS. Pihaknya sebatas mendukung adanya negara Islam alias daulah islamiyah. Atribut menyerupai bendera ISIS yang dikibarkannya adalah bendera tauhid dengan kalimat Laa Ilaha Illala. Bendera itu sudah lama dipakai oleh Rasullulah Muhammad SAW.

Lebih jauh, Basri juga diketahui sudah tidak lagi menjadi pengurus Masjid Ridha yang berada di bawah Yayasan Islam Istiqlal Makassar. Masjid Ridha adalah masjid yang diduga digunakannya sebagai tempat membaiat kelompoknya. "Sudah keluar sejak Idul Adha lalu. Mereka tidak lagi mau dipanggil saudara," kata salah seorang pengurus Masjid Ridha, Udin, kepada Tempo, beberapa waktu lalu.

Udin mengatakan dari dulu pihaknya memang selalu curiga dengan aktivitas kelompok Basri yang disinyalir berkaitan dengan ISIS. Kelompok Basri disebutnya memiliki paham radikal dan garis keras. Usai dikeluarkan dari Masjid Ridha, kelompok Basri terkesan memusuhi pihaknya. Bahkan, pernah menyebut dirinya dilaknat Allah SWT.

Sumber Tempo