Home » Tarikh
» Belajar dari Kisah Perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa
Belajar dari Kisah Perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa
Jakarta, Muslimedianews ~ Saat itu Allah memerintahkan Nabi Musa untuk belajar kebijakan kepada hamba-Nya orang yang bijaksana. Nabi Musa diperintahkan untuk pergi ke sebuah pantai. Namun timbul pertanyaan di benakanya mengenai tempat ia akan menemukan hamab Allah tersebut.
Allah memerintahkan Musa melalui wahyunya, “Kau akan menemukan ia di Majma’ Al-Bahrain.” Segera Musa pergi untuk menemuia hamba yang dimaksud. Ia berpergian bersama seorang pemuda yang benama Yusra’ bin Nun. Ia akan mengetahui tempat yang dimaksudkan dengan tanda bahwa ia akan kehilangan bekal ikannya.
Musa dan Yusra’ pun berjalan menuju Majma’ Al-Bahrain. Ia mengatakan kepada Yusra’, “Katakan padaku bila ikan itu hilang.” Mereka berdua pun meneruskan perjalanan. Karena kelelahan, Musa meletakkan tongkatnya di tanah dan kemudian ia tertidur.
Awan-awan di langit menunjukkan pertanda akan hujan. Nabi Musa masih tidur dan hujan pun turun. Saat ia terbangun dari tidurnya, Yusra’ lupa menceritakan kisah ikan yang tertutup hujan, kemudian hidup dan kembali ke laut melalui air hujan. Hingga mereka kembali berjalan dan terasa lelah lagi lapar.
Bertemu Nabi Khidir
Saat itu, Musa menyuruh Yusra’ untuk mengambilksn bekal ikan yang mereka bawa. Disitulah Yusra’ baru teringat akan kejadian ikan yang hidup dan berenang kembali ke laut. Ia mengatakan bahwa di tempat mereka beristirahat, ikan itu hidup dan berenang.
Mendengar penuturan Yusra’, wajah sumringah terpancar di raut Nabi Musa. Segera ia mengajak Yusra’ untuk kembali ke tempat mereka beristirahat tadi. Sesampainya disana, ia menemukan orang bijaksana itu sedang duduk di batu sembari menatap ombak. Musa mengucapkan salam kepada orang tersebut yang kemudian dijawab salamnya sembari tersenyum.
Orang tersebut bertanya kepada Musa, “Siapa kau?” Maka Musa pun menjawab, “Aku Musa bin Imran.” Lalu orang tersebut bertanya lagi, “Apakah kau Nabi Bani Israil?” sontak pertanyaan itu membuat terkejut Nabi Musa, “Ya, tetapi siapa yang mengatakan padamu tentang aku?” Orang tersebut menjawab, “Dia (Allah), yang mengirimmu padaku, yang menceritakan tentangmu padaku.”
Kemudian Nabi Musa pun mengerti bahwa ia telah menemukan orang bijaksana yang dimaksudkan. Lalu ia mengatakan bahwa ia ingin menjadi teman untuk belajar kepadanya mengenai apa yang telah Allah ajarkan kepada orang tersebut. Orang tersebut menjelaskan bahwa Musa tak akan sabar menghadapinya. Tapi Musa bejanji akan bersabar dan melakukan yang terbaik dei dirinya bisa belajar denan orang itu.
Orang itu pun memberikan syarat kepada Musa bila ia ingin mengikutinya. Yakni ia tak boleh bertanya tentang perbuatan orang itu. Karena nantinya orang itu akan menceritakan hikmah dari perbuatannya. Musa pun setuju menerima syarat itu dan ia pun menemani orang bijaksana tersebut.
Belajar dengan Nabi Khidir
Lelaki bijaksana yang dimaksudkan Allah agar Nabi Musa menemui orang tersebut yakni Nabi Khidir. Pertemuan keduanya terjadi di selat Gilbratar, terletak diantara laut Mediterania dan laut Atlantik. Tak ada yang mengetahui mengenai Yusra’. Apakah ia ikut meneruskan perjalanan atau langsung kembali ke pulau Sinai, tempat Bani Israil. Sebab Allah hanya menceritakan tentang kisah perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa.
Selanjutnya, Nabi Khidir dan Nabi Musa berjalan menyusuri pantai sampai di sebuah pelabuhan. Kemudian, mereka menemukan sebuah kapal dan mereka pun menaikinya. Kapal tersebut berlayar mengarungi lautan. Di perjalanan, Nabi Khidir membuat lubang pada kapal tersebut sebelum sampai di pelabuhan. Nabi Musa yang melihat perbuatan Nabi Khidir mencoba protes mengenai perbuatan tersebut.
Nabi Khidir pun mengingatkan Nabi Musa akan syarat ketika Nabi Musa hendak belajar dengannya. Nabi Musa teringat dan ia meminta maaf kepada Nabi Khidir. Kemudian mereka turun dari kapal tersebut dan pergi menuju sebuah desa. Mereka lapar dan lelah, namun mereka tak memiliki uang sepeserpun. Ketika mendekati desa tersebut, mereka meminta makan pada penduduk. Namun tak satupun yang memberikan makanan kepada mereka.
Mereka kemudian melihat beberapa orang memandangi dinding bangunan yang hampir roboh. Nabi khidir mangahampiri tempat itu dan mulai membangunnya. Selesai membangun dinding, Nabi Musa memuji kerja Nabi Khidir. Tapi ia menanyakan mengapa Nabi Khidir tak meminta upah atas kerjanya sedangkan mereka butuh uang untuk makan.
Nabi Khidir pun berkata, “Ini adalah sebuah perpisahan antara aku dan kamu. Telah ku katakan padamu bahwa kau tak akan mampu bersabar denganku.” Kemudian Nabi Kidir pun menjelaskan mengenai perbuatannya. Ia melubangi kapal tadi karena ingin menyelamatkan pemilik kapal yang tergolong orang miskin. Orang miskin pemilik kapal tadi akan mengahdapi raja perampas kapal secara paksa. Maksud ia melubangi kapal tersebut adalah agar raja tak mengambil kapalnya dan tentunya mereka akan sanggup memperbaiki kapal tersebut.
Mengenai perbuatan membangun dinding yang hendak roboh, Nabi Khidir menjelaskan kepada Nabi Musa mengap ia tak meminta upah atas kerjanya. Dinding tersebut adalah milik dua orang yatim yang mana ayah mereka menguburkan kekayaannya di bawah dinding itu. Allah menghendaki kedua orang yatim itu sampai kedewasaannya serta mengelurkan simpanan ayahnya. Semua itu adalah rahmat yang Allah berikan kepada dua orang yatim itu.
Kemudan Nabi Khidir berkata, “Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar menghadapinya. Musa, aku telah melaksanakan perintah Allah dengan seluruh perbuatanku.” Musa pun mengatarkan lelaki bijaksana itu dan ia telah mengetahui akan sesuatu penting. Ya, mengenai hikmah dalam perbuatan yang tak ada dapat menjelaskan hikmahnya kecuali Allah. Beberapa pebuatan yang secara kasat mata tak baik, tapi mengandung hikmah di dalamnya. Maka dari itu, manusia hendaknya mempertimbangkan dahulu sebelum menghakimi sesuatu perbuatan.
Diceritakan ulang oleh Danny Setiawan Ramadhan dari buku “The Greatest Stories of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As Sayyid