Jakarta, Muslimedianews ~ Nabi Ya’qub memiliki sepuluh putra dari istrinya yang pertama. Kesepuluh putranya tersebut bernama; Sham’un, Lawi, Rawbin, Yahudha, Yasakir, Zobolon, Dan, Naftali, Jadu dan Ashir. Kemudian ia menikahi sepupunya, Ragil. Pernikahan dengan Ragil, Nabi Ya’qub dikaruniai dua putra, yakni Yusuf dan Benyamin.
Keluarga besar ini tinggal di Palestina. Dari kedua belas anaknya, Nabi Ya’qub amat menyayangi kedua putranya ini melebihi kesepuluh putra dari istri pertamanya. Sebab itulah kesepuluhnya merasa iri, dengki dan dendam terhadap Yusuf dan Benyamin.
Yusuf adalah seorang pemuda tampan yang memiliki sinar di matanya. Hal itu sudah tampak saat ia berusia Sembilan tahun. Ia tumbuh sebagai pemuda yang berhati suci. Sebab itulah, Nabi Ya’qub amat mencintainya dan ia yakin, kelak Yusuf akan dipilih Allah untuk menjadi Nabi.
Siapapun yang melihat Yusuf, maka seolah mereka melihat malaikat. Semua orang mencintainya. Ia jernih bak titik embunyang matanya bersih bagai langit dan wajahnya cemerlang seperti bintang-bintang di langit. Hal itu membuat iri saudara-saudaranya dan mereka berharap akan kematian Yusuf. Namun, Yusuf tak pernah mempunyai rasa ataupun firasat akan kebencian saudara-saudaranya.
Mimpi menakjubkan
Di suatu malam, Yusuf tidur dan ia pun bermimpi. Mimpi itu sungguh menakjubkan. Dalam mimpinya, ia melihat sebelas bintang, matahari dan juga rembulan. Ia melihat mereka semua bersujud kepadanya. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Yusuf pun berpikir bahwa bintang, matahari dan rembulan itu memiliki perasaan sehingga mereka bersujud kepadanya.
Pemandangan mimpi yang menakjubkan itu membuat Yusuf terheran-heran melihatnya. Hatinya pun merasa disinari atas mimpi itu dan menggetarkan perasaannya. Ia pun terbangun dari tidurnya. Namun, mimpi it uterus menguasai perasaannya. Ia juga bingung serta tak tahu bagaimana menjelaskan mimpinya.
Ia pun kemudian mendatangi ayahnya dan menceritakan apa yang ia lihat di mimpinya. Nabi ya’qub pun mendengarkan penuturan Yusuf secara seksama dan dengan penuh kehati-hatian juga. Nabi Ya’qub mengerti dan memahami bahwa kelak Yusuf akan menjadi orang besar.
Arti mimpi
Sebelum menjelaskan kepada Yusuf, Nabi Ya’qub berpesan kepada Yusuf agar tak menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudaranya. Nabi Ya’qub takut jika mimpi itu di dengar oleh saudara-saudara Yusuf, maka mereka akan bersekongkol melawannya.
Ayahnya kemudian berkata kepada Yusuf dengan pelan-pelan dan hati-hati. Ia berkata, “Anakku, jangan kau ceritakan mimpimu ini; mereka akan merasa iri kepadamu. Mungkin, setan akan membisikkannya ke telinga mereka. Yusuf, Allah SWT telah memilihmu untuk menyampaikan risalah-Nya. Anakku, Allah memberkahimuseperti Dia telah memberkahi kakek-kakekmu. Dia kan memberkahimu sebagaimana Dia telah memberkahi Ibrahim, Ishaq dan keluarga Ya’qub.”
Kesepuluh saudara merencanakan suatu persekongkolan jahat untuk Yusuf. Tidak tahu mengapa ide itu muncul. Mungkin salah satu dari mereka mendengar mimpi Yusuf yang kemudian ditafsirkan oleh ayah mereka. Mimpi bahwa Yusuf melihat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepada Yusuf. Kelak, suatu hari nanti Yusuf akan menjadi orang besar dan kesebelas beserta ayah dan ibunya akan menghormatinya.
Sepuluh saudara Yusuf mengatur siasat untuk melenyapkan Yusuf. Mereka juga merayu agar Nabi Ya’qub mengizinkan Yusuf ikut jalan-jalan dengan mereka ke padang rumput. Walaupun sangat berat hati, Nabi Ya’qub akhirnya mengizinkan. Hari itu juga, Nabi Ya’qub melihat Yusuf terakhir kalinya. Kesepuluh saudaranya menjerumuskan Yusuf dalam sumur dan mengatakan kepada ayahnya bahwa Yusuf meninggal dimakan serigala.
Selama tiga hari, Yusuf hidup di dalam sumur dengan penuh kesabaran dan yakin akan pertolongan Allah. Akhirnya sebuah khafilah melewati sumur tempat Yusuf ditinggal oleh saudaranya. Mereka hendak mengambil air sumur, namun malah menemukan Yusuf. Tanpa pikir panjang, khafilah itu membawanya dan hendak menjualnya sebagai budak.
Mimpi itu nyata
Waktu terus berjalan dan banyak peristiwa yang dilalui oleh Yusuf. Mulai dari kesepuluh saudaranya yang menjeremuskannya ke dalam sumur, hingga ia ditemukan dan dijadikan budak oleh rombongan pedagang yang menyelamatkannya dari sumur. Kemudian ia dipingit oleh seorang Panglima kerajaan Mesir. Peristiwa bersama Zulaikha, istri Panglima yang kemudian karena Zulaikha, ia pun harus masuk penjara. Sampai ia kemudian diangkat menjadi seorang Gubernur.
Perjalanan peristiwa tersebut telah ia lalui selama dua puluh tahun semenjak ia bermipi yang menkajubkan. Sebuah mimpi yang terus membuatnya resah dan selalu bergelanyut di jiwanya. Ia tak menyangka sama sekali bahwa mimpi itu adalah nyata.
Semenjak kesepuluh saudarnya memasukkanya ke dalam sumur yang curam, ia terpisah jauh dengan keluarganya. Dua puluh tahun sudah ia terpisah dan kini ia telah menjadi salah satu orang berpengaruh di Mesir. Ia mendapati bahwa dirinya sedang menunggu kedatangan seluruh keluarga yang amat ia rindukan.
Yusuf memerintahkan prajuritnya untuk mendirikan tenda besar guna menyambut keluarganya. Ia juga memerintahkan mereka untuk mengawasi rute kafilah-kafilah dari Palestina, kafilah yang membawa keluarga Yusuf. Hingga suatu pagi, prajurit Yusuf melihat kafilah yang membawa keluarga Ya’qub. Kemudian seorang penunggang kuda segera menuju Mesir untuk menyampaikan berita bahagia itu pada Yusuf.
Para prajurit menyambut kedatangan keluarga Yusuf. Kemudian mereka dipersilahkan masuk ke tenda yang telah disiapkan. Mereka pun masuk dan duduk menanti kedatangan Yusuf. Saat Yusuf tiba dan masuk ke tenda, semua orang di tempat itu bangkit dan menundukkan wajah menghormati kebesaran Gubernur Mesir itu. Saat itu pula, ia merasa melihat mimpinya dua puluh tahun lalu.
Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai Ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Yusuf ayat 10).
Diceritakan ulang oleh Danny Setiawan Ramadhan dari buku “The Greatest Stories of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As Sayyid