Islamoderat.com ~ Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Rusia sudah lama terjalin, namun bukan berarti mengiyakan segala bentuk permintaan dari negara kawan, seperti permintaan dari Rusia contohnya.
Presiden Jokowi ( Jokowi ) menolak dengan tegas 2 permintaan Vladimir Putin. Presiden Rusia itu meminta langsung kepada mantan Wali Kota Solo itu soal pengembangan nuklir dan pembangunan kereta api di Kalimantan saat kunjungan kerja Jokowi ke Sochi, Rusia.
"Ditawarkan oleh Rusia untuk pengembangan nuklir. Tapi Indonesia masih mau fokus pengembangan energi baru dan terbarukan," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Sochi, Rusia, Rabu (18/5/2016).
Meski demikian, Retno menjelaskan, pintu untuk menerima tawaran pengembangan energi nuklir tidak selamanya ditutup. Setidaknya, Indonesia masih mau menerima alih ilmu dan teknologi nuklir.
Penolakan kedua, Retno melanjutkan, terkait dengan pembangunan kereta api di Kalimantan. Jokowi dengan tegas menolak niat Rusia yang mau mengusai sepenuhnya hak milik kereta yang akan digunakan untuk fasilitas umum.
"Semula jalur kereta api itu untuk angkut batu bara, peruntukannya khusus. Tapi, mereka minta diganti umum, sehingga regulasinya beda," ujar Retno.
Menurut dia, untuk jalur kereta khusus, Rusia bisa memiliki 100 persen, tapi tidak untuk fasilitas umum. Hal ini pun akan ditindaklanjuti oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno, agar tidak ada masalah di masa depan.
Walau permintaan Putin ditolak mentah - mentah oleh Jokowi, tapi Jokowi tetap pede dalam melobi pemimpin Rusia itu.
"Kami minta kepada Presiden Putin agar kiriman minyak sawit kita ke Rusia bisa diberikan jalan yang baik. Kemudian juga bisa ditingkatkan lagi jumlahnya," kata Jokowi di Rumah Putin, Sochi, Rusia, Rabu (18/5/2016).
Jokowi memberanikan diri untuk melobi seperti itu, karena Rusia merupakan negara dengan tujuan ekspor terbesar untuk komoditas minyak kelapa sawit. Pada 2015, telah diekspor 480 juta kilo barel kelapa sawit.
"Dan ini memberi manfaat ekonomi bagi rakyat kami petani kelapa sawit di Indonesia. Sekali lagi saya berharap agar kebijakan yang mulia bisa meningkatkan ekspor Kelapa Sawit Indonesia ke Rusia," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Mendengar hal itu, Putin hanya diam. Pria yang gemar menunggang kuda di waktu senggangnya itu hanya menatap tajam Jokowi.
Jokowi pun melanjutkan untuk lobi selanjutnya. Kali ini, ia meminta agar Putin membantu KBRI di Rusia mendapatkan gedung baru, selama gedung lama direnovasi.
"Adanya renovasi gedung KBRI harus mencari gedung pengganti sehingga Indonesia berencana membeli properti di Moskow yang akan digunakan untuk Kedutaan Besar Republik Indonesia," tandas Jokowi.
Pertemuan antara Jokowi dan Putin ini memang sudah diagendakan membahas tentang peningkatan ekonomi. Baik meningkatkan angka perdagangan yang sudah ada serta rencana investasi di masa depan.
"Intinya kita lihat sampai di mana kita dengan Rusia, perdagangan itu ada potensi tinggi. Kemudian, membahas hambatan perdagangan, dan rencana investasi yang ingin didorong atau dimajukan di Rusia," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Seoul, Korea Selatan, Selasa 17 Mei 2016.
Pemerintah Indonesia dan Rusia menandatangani lima nota kesepahaman kerjasama yang meliputi kerjasama di bidang pertahanan, arsip nasional, arsip Kemlu, budaya, serta Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing.
Penandatanganan kerjasama itu dilakukan usai pertemuan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Federasi Rusia, di Bucherov Rucey, kediaman resmi Presiden Putin di Sochi Rusia, Rabu (18/5/2016).
Presiden Joko Widodo dalam pernyataan persnya mengatakan bahwa kunjungan ke Rusia untuk memperdalam kerjasama strategis di bidang ekonomi, investasi, dan pertahanan.
Sumber liputan6.com/Tribunews.com