Islamoderat.com ~ Mengapa Nahdlatul Ulama Menggunakan Sistem Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA)?
Sebab tuntunan dari Rasulullah yang mengedepankan akhlak mulia, pemimpin tidaklah dianjurkan untuk diperebutkan dengan mencalonkan diri. Hampir di semua jabatan di negeri ini adalah diperebutkan. NU harus menyuarakan dan memberi teladan dalam sistem memilih pemimpin. Oleh karenanya, para ulama yang berada di jajaran AHWA akan memilih Rais Amm dan memilih beberapa orang untuk dipilih oleh Muktamirin menjadi Ketua Umum PBNU.
حدثنا شيبان بن فروخ، حدثنا جرير بن حازم، حدثنا الحسن، حدثنا عبد الرحمن بن سمرة، قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا عبد الرحمن بن سمرة، لا تسأل الإمارة، فإنك إن أعطيتها عن مسألة وكلت إليها، وإن أعطيتها عن غير مسألة أعنت عليها (رواه البخاري ومسلم)
"Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah: Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jadi pemimpin. Sebab jika kamu menjadi pemimpin dengan cara meminta jabatan, maka Allah tidak menolongmu. Jika kamu menjadi pemimpin tanpa meminta, maka kamu akan ditolong oleh Allah" (HR al Bukhari dan Muslim)
Di NU sendiri memiliki sejarah tidak ada perebutan jabatan. Misalnya Kiai Bisri Syansuri pernah dipilih menjadi Rais Am, namun Kiai Wahab Hasbullah masih hidup, maka Kiai Bisri mengundurkan diri dan tidak bersedia menjadi Rais Am. Kiai Sahal juga sudah dikehendaki menjadi Rais Am sejak Muktamar 29 di Cipasung, namun beliau mengundurkan diri dan menghormati tuan rumah Kiai Ilyas Rukhiyat.
Teladan baik itu mulai dirusak ketika Orde Baru menyusupkan Abu Hasan di Muktamar Cupasung, tim suksesnya bergerilya bahkan memaksa beberapa kiai untuk memilihnya, namun yang terpilih tetap yang tidak memiliki ambisi, yaitu Gus Dur.
Semoga cara AHWA ini, Allah senantiasa akan memberi pertolongan untuk NU demi kemaslahatan Islam dan umat. Amin….
Kama Qala Katib Am Dr. KH. Malik Madani dan Gus Aly
Sebab tuntunan dari Rasulullah yang mengedepankan akhlak mulia, pemimpin tidaklah dianjurkan untuk diperebutkan dengan mencalonkan diri. Hampir di semua jabatan di negeri ini adalah diperebutkan. NU harus menyuarakan dan memberi teladan dalam sistem memilih pemimpin. Oleh karenanya, para ulama yang berada di jajaran AHWA akan memilih Rais Amm dan memilih beberapa orang untuk dipilih oleh Muktamirin menjadi Ketua Umum PBNU.
حدثنا شيبان بن فروخ، حدثنا جرير بن حازم، حدثنا الحسن، حدثنا عبد الرحمن بن سمرة، قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا عبد الرحمن بن سمرة، لا تسأل الإمارة، فإنك إن أعطيتها عن مسألة وكلت إليها، وإن أعطيتها عن غير مسألة أعنت عليها (رواه البخاري ومسلم)
"Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah: Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jadi pemimpin. Sebab jika kamu menjadi pemimpin dengan cara meminta jabatan, maka Allah tidak menolongmu. Jika kamu menjadi pemimpin tanpa meminta, maka kamu akan ditolong oleh Allah" (HR al Bukhari dan Muslim)
Di NU sendiri memiliki sejarah tidak ada perebutan jabatan. Misalnya Kiai Bisri Syansuri pernah dipilih menjadi Rais Am, namun Kiai Wahab Hasbullah masih hidup, maka Kiai Bisri mengundurkan diri dan tidak bersedia menjadi Rais Am. Kiai Sahal juga sudah dikehendaki menjadi Rais Am sejak Muktamar 29 di Cipasung, namun beliau mengundurkan diri dan menghormati tuan rumah Kiai Ilyas Rukhiyat.
Teladan baik itu mulai dirusak ketika Orde Baru menyusupkan Abu Hasan di Muktamar Cupasung, tim suksesnya bergerilya bahkan memaksa beberapa kiai untuk memilihnya, namun yang terpilih tetap yang tidak memiliki ambisi, yaitu Gus Dur.
Semoga cara AHWA ini, Allah senantiasa akan memberi pertolongan untuk NU demi kemaslahatan Islam dan umat. Amin….
Kama Qala Katib Am Dr. KH. Malik Madani dan Gus Aly
Oleh : Ust. Muhammad Ma'ruf Khozin