Islamoderat.com ~ Bolehkan media Islam dengan sengaja menyebarkan kabar bohong? Jawabannya tentu saja seharusnya tidak. Namun prinsip etis ini tampaknya tidak dipercaya pengelola sebuah media Islam online yang namanya mirip-mirip media Amerika Serikat: VOA Islam.
VOA Islam, untuk kesekian kali, memelintir berita.
Kali ini berita yang dipelintir media itu adalah tentang pertemuan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin dengan perwakilan sejumlah ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) di Kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, Kamis (28/5) siang.
Pertemuan ini diselenggarakan sebagai respons Menag terhadap protes-protes yang muncul terhadap penyampaian ayat-ayat Al-Qur’an dalam langgam Jawa dalam perayaan Isra Miraj di istana negara.
Dalam berita Voa Islam yang berjudul ‘Menag Bertaubat dan Minta Maaf Soal Baca Al-Qur’an Langgam Jawa’ Menag digambarkan seolah-olah telah melakukan dosa besar dan karena itu Sang Menteri bertaubat.
“Sebagai manusia biasa, saya terus bertaubat. Saya khilaf. Saya hanya ingin umat Islam dan bangsa Indonesia bersatu. Juga tidak ada niatan saya untuk ngeles atau lempar tangan. Saya tulus minta maaf dan beristighfar. Saya tidak punya kepentingan atas diri saya sendiri,” kata Menag seperti dikutip VOA Islam.
Selain itu, Voa Islam, melalui berita itu, menulis bahwa Menag tidak memiliki kapasitas soal qiraah ini. Menag juga digambarkan tidak tahu kalau ada ulama yang haramkan qiraaat al-Qur’an dengan langgam Jawa.
Akuratkah pemberitaan Voa Islam itu? Rupanya tidak.
Ada begitu banyak media online yang memuat berita pertemuan tersebut. Tapi tak ada satu pun dari media online yang mereportase seperti yang dilakukan VOA Islam itu. Sebagai perbandingan, mari tengok pemberitaan Republika Online (ROL) yang berjudul Menag Minta Maaf Soal Pembacaan Alquran dengan Langgam Jawa.
Dalam berita itu disebutkan Menag meminta maaf kepada pihak-pihak yang tidak nyaman dengan persoalan itu. Dan itu dilakukannya sebagai tanggung jawabnya selaku pejabat publik yang baik.
Dalam pemberitaan itu, Menag menjelaskan tujuan Kemenag memperdengarkan pembacaan al-Quran dengan langgam Jawa ke masyarakat hanya untuk memperkenalkan kekhasan Islam Nusantra. Tak ada niatan buruk, apalagi untuk melecehkan al-Quran atau memecah persatuan umat.
Sebelum memutuskan tilawah dengan langgam Jawa, lanjut ROL, Menag telah berdiskusi dengan para ulama dan para ahli Ilmu al-Quran. Namun Menag mengakui apa yang baik dalam pandangan Kemenag belum tentu baik jika disampaikan kepada masyarakat.
Dalam media online lainnya, yaitu poskotanews.com bahkan disebutkan bahwa perwakilan ormas-ormas Islam radikal itu ‘memaksa’ Menag untuk bertaubat. Hal itu dapat dibaca dalam berita yang berjudul ‘Menag Minta Maaf Izinkan Baca al-Quran dengan Langgam Jawa’.
Terkait ‘pemaksaan’ itu, Menag menampiknya. Baginya, sebagai bagian dari komunitas Muslim, ia senantiasa beristigfar kepada Allah SWT. Dan itu merupakan bagian taubat.
Tapi ini bukan pertama kali VOA Islam melakukan pemelintiran berita.
Voa Islam juga pernah memelintir penyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj yang terkenal blak-blakan dalam berbicara. Salah satunya saat Aqil menjadi narasumber ‘Dialog Ormas-ormas Islam dalam Mempertahankan NKRI’ di Sahid Hotel, Jakarta Pusat, pada Sabtu (11/5/2013).
Voa Islam menurunkan berita itu dengan judul ‘PBNU: Cikal Bakal Teroris itu Rajin Shalat Malam, Puasa & Hafal Quran’. Dengan judul itu, Voa Islam tentu saja ingin menyudutkan Aqil Siradj yang seolah-olah mengidentikkan rajin beribadah itu dekat dengan tindakan terorisme. Dan dengan judul itu pula, Voa Islam seperti sengaja memprovokasi pembacanya.
Selain suka memelintir berita, Voa Islam juga gandrung menyebarkan berita penuh kebencian dan menyerang siapapun yang berbeda pandangan dengan mereka. Bahkan Yusril Ihza Mahendra pun ikut diserangnya.
Serangan itu bisa dibaca dalam satu berita Voa Islam yang berjudul ‘Dari Partai Islam PBB, Yusril Nyoblos Bersama Istrinya yang Tak Berjilbab’ yang dirilis saat Pemilihan Legislatif 2014 lalu.
“Bakal calon presiden dari Partai Bulan Bintang (PBB) yang berasaskan Islam, Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH, MSc mencoblos ditemani istrinya Rika Kato Mahendra yang tak mengenakan pakaian muslimah. Tanpa kerudung yang menutupi rambutnya, baju yang dikenakannya pun tak cukup menutupi lengan dan betisnya. Yusril yang juga dikenal sebagai ustadz, bersama istrinya mencoblos di TPS 004, Kuningan, Jakarta Selatan. Parahnya, di TPS tersebut, PBB yang digawangi Yusril hanya mendapat tiga suara,” tulis Voa Islam.
Belakangan, ketika berita itu menuai kontroversi, berita itu dihapus redaksi Voa Islam. Mereka lepas tangan begitu saja tanpa perlu untuk meminta maaf.
(Irwan Amrizal) via Madina Online