Islamoderat.com ~ Salah satu Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH Abdul Aziz Mansur atau akrab disapa Mbah Aziz oleh santri-santrinya, menegaskan bahwa Pondok Pesantren Lirboyo masih tetap dan akan selamanya berhaluan ahlussunnah wal jama’ah.
Hal itu disampaikannya lantaran banyak masyarakat yang salah paham bahwa pondok pesantren salaf (tradisional) yang berdiri sejak 1910 itu telah berganti haluan menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia).
“Di Daerah Semarang sudah banyak berita-berita yang menyatakan bahwasannya Lirboyo sekarang itu haluannya sudah pindah ke LDII, itu di Daerah Semarang. Ada orang yang belum pernah tahu lirboyo datang di Kertosono, tanya Lirboyo itu mana, ditunjukkan di Daerah Kediri, ya nanti kalau datang di Kediri, tanya pondok yang ada menaranya yang tinggi, itu lah Lirboyo. Mana pondok yang ada menaranya yang tinggi? LDII,” tuturnya dalam acara ‘Reuni Akbar V Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal)’ di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur, Selasa (26/5).
Isu Pondok Pesantren Lirboyo telah menjadi LDII banyak merugikan masyarakat yang hendak memondokkan anaknya di Lirboyo. Beberapa orang yang menjadi korban penipuan ini ketika sampai di tempat yang memiliki menara tinggi itu merasa kecewa bahwa dugaan Lirboyo sebagai pesantren tradisional yang berpegang teguh pada ajaran ahlussunnah wal jama’ah ternyata menjadi LDII.
“Setelah sampai sana, tanya-tanya lah dia, setelah tidak cocok, kembalilah dia. Setelah sampai di rumah memberi berita kepada tetangganya, ojo nyang Lirboyo, saiki Lirboyo wis LDII (jangan ke Lirboyo, sekarang Lirboyo sudah menjadi LDII, red),” sambungnya.
Karenanya, Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) itu, menghimbau kepada semua alumni pondok pesantren yang didirikan oleh al-marhum KH Abdul Karim, supaya memberi tahu kepada masyarakat perihal Pondok Pesantren Lirboyo dan membendung gerakan-gerakan yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah.
“Lah ini kami serahkan kepada bapak-bapak di daerahnya masing-masing untuk menanggulangi berita yang seperti itu, apa yang harus dikerjakan bapak-bapak,” katanya.
Tantangan
Sebagai pondok pesantren tradisional yang sudah berusia lebih dari satu abad, Lirboyo punya banyak tantangan. Selain tawaran untuk berubah menjadi moderen dengan mengadopsi kurikulum pendidikan nasional (disamakan), juga salah satunya isu menjadi LDII ini.
Isu menjadi LDII dimaklumi lantaran Pondok Pesantren Lirboyo, satu kota dengan pondok pesantren milik LDII yang memiliki menara tinggi, yakni sama-sama di Kediri.
Walaupun tantangan terus berdatangan, sampai kapan pun pondok pesantren Lirboyo akan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah dan menggunakan sistem salaf (tradisional). “Di mana-mana sudah banyak (pondok pesantren salaf, red) yang gulung tikar, sudah banyak yang jadi perguruan tinggi, sudah banyak yang hanya jadi kos-kosan, santrine sekolah tok tidak ada yang memberi ngaji, tapi alhamdulillah Lirboyo masih kuat bertahan seperti ini,” jelasnya. [AR/002]
sumber via nujateng.org
Hal itu disampaikannya lantaran banyak masyarakat yang salah paham bahwa pondok pesantren salaf (tradisional) yang berdiri sejak 1910 itu telah berganti haluan menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia).
“Di Daerah Semarang sudah banyak berita-berita yang menyatakan bahwasannya Lirboyo sekarang itu haluannya sudah pindah ke LDII, itu di Daerah Semarang. Ada orang yang belum pernah tahu lirboyo datang di Kertosono, tanya Lirboyo itu mana, ditunjukkan di Daerah Kediri, ya nanti kalau datang di Kediri, tanya pondok yang ada menaranya yang tinggi, itu lah Lirboyo. Mana pondok yang ada menaranya yang tinggi? LDII,” tuturnya dalam acara ‘Reuni Akbar V Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal)’ di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur, Selasa (26/5).
Isu Pondok Pesantren Lirboyo telah menjadi LDII banyak merugikan masyarakat yang hendak memondokkan anaknya di Lirboyo. Beberapa orang yang menjadi korban penipuan ini ketika sampai di tempat yang memiliki menara tinggi itu merasa kecewa bahwa dugaan Lirboyo sebagai pesantren tradisional yang berpegang teguh pada ajaran ahlussunnah wal jama’ah ternyata menjadi LDII.
“Setelah sampai sana, tanya-tanya lah dia, setelah tidak cocok, kembalilah dia. Setelah sampai di rumah memberi berita kepada tetangganya, ojo nyang Lirboyo, saiki Lirboyo wis LDII (jangan ke Lirboyo, sekarang Lirboyo sudah menjadi LDII, red),” sambungnya.
Karenanya, Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) itu, menghimbau kepada semua alumni pondok pesantren yang didirikan oleh al-marhum KH Abdul Karim, supaya memberi tahu kepada masyarakat perihal Pondok Pesantren Lirboyo dan membendung gerakan-gerakan yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah.
“Lah ini kami serahkan kepada bapak-bapak di daerahnya masing-masing untuk menanggulangi berita yang seperti itu, apa yang harus dikerjakan bapak-bapak,” katanya.
Tantangan
Sebagai pondok pesantren tradisional yang sudah berusia lebih dari satu abad, Lirboyo punya banyak tantangan. Selain tawaran untuk berubah menjadi moderen dengan mengadopsi kurikulum pendidikan nasional (disamakan), juga salah satunya isu menjadi LDII ini.
Isu menjadi LDII dimaklumi lantaran Pondok Pesantren Lirboyo, satu kota dengan pondok pesantren milik LDII yang memiliki menara tinggi, yakni sama-sama di Kediri.
Walaupun tantangan terus berdatangan, sampai kapan pun pondok pesantren Lirboyo akan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah dan menggunakan sistem salaf (tradisional). “Di mana-mana sudah banyak (pondok pesantren salaf, red) yang gulung tikar, sudah banyak yang jadi perguruan tinggi, sudah banyak yang hanya jadi kos-kosan, santrine sekolah tok tidak ada yang memberi ngaji, tapi alhamdulillah Lirboyo masih kuat bertahan seperti ini,” jelasnya. [AR/002]
sumber via nujateng.org