Islamoderat.com ~ Menjelang Muktamar NU ke 33 di Jombang Para Pengasuh Pondok Pesantren dan Tokoh NU dari Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa dan Madura, menghadiri acara sarasehan Nasional “Meneguhkan Konon Asasi sebagai prinsip Jam’iyah NU” di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.
Hadir beberapa tokoh NU diantaranya KH. Muhyiddin Abdushamad selaku pengundang sekaligus memberikan sambutan pembukaan diacara Sarasehan. Kyai Muhyiddin yang juga Rais Syuriyah PCNU Jember ini mengingatkan bahwa tujuan dari didirikannya NU ini untuk menjaga dan memperjuangkan ajaran Ahlussunnah wal jama’ah.
Saat ini kita menghadapi tantangan dari aliran lain yang sudah masuk ke Indonesia. Misalnya Syi’ah, Wahabi, HTI dan lainnya, dimana mereka telah merikrut warga NU untuk menjadi pengikutnya. Dari itu saya sangat prihatin ketika ada ISNU di Cirebon yang mau mengadakan acara dengan tema “kontribusi Syi’ah terhadap Islam Nusantara”.
Padahal Aswaja NU dengan ajaran Syi’ah itu jauh berbeda. Memang kita senang dengan hidup rukun dengan berbagai macam agama dan aliran, tapi kita tidak boleh diam disaat ummat kita diambil oleh kelompok lain yang akhirnya mereka menyerang kita. Contoh saja konflik yang ada di Timur Tengah, negara Syiria. Hauthi adalah daerah Syi’ah yang minoritas, pada saat anak-anaknya keluar dari sekolah di Iran dan mereasa memiliki ilmu, senjata dan kekuatan, Syi’ah di Hauthi berani memberontak dan terjadilah peperangan. Indonesia yang sudah mayoritas sunni ini harus kita jaga jangan sampai terjadi seperti negara-negara di Timur tengah, tegas Kyai Muhyiddin.
Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi dari para Narasumber diantaranya ; KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy dengan tema ; Meneguhkan Qanun Asasi sebagai prinsip Jam’iyah NU, KH. Afifuddin Muhajir, dengan tema ; Pengertian dan Pengamalan Aswaja secara manhaji, KH. Hasan basri, Lc dengan tema ; Kiprah dan Perjuangan KHR. As’ad Syamsul Arifin untuk NU, dan KH. Hasyim Muzadi dengan tema ; Posisi strategis NU dalam wacana ke Islaman Global.
Acara berlangsung dengan suasana khidmat dan curah fikiran dari para peserta penuh dengan argumentatif dan rasional. Sehingga ada beberapa rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut :
Mencermati situasi dan kondisi menejelang penyelenggaran Muktamar NU, maka forum Silaturrahim Pondok Pesantren dan Tokoh NU, NTB, Bali, Jawa dan Madura menghimbau kepada seluruh kader dan warga NU se-Indonesia :
1. Bahwa anggaran dasar dan rumah tangga NU harus tetap merujuk kepada Qanun Asasi, terutama sistem bermazhab baik dalam bidang Akidah, Fikih, dan Tasawwuf.
2. Bahwa NU lahir dari para ulama pesantren, maka lembaga Syuriah yang merupakan reprensentasi dari ulama harus dikembalikan kepada visi awal pendirian NU, dan secara organisasi harus lebih kuat daripada Tanfidziyah.
3. Muktamar yang merupakan lembaga permusyawaratan tertinggi di dalam organisasi NU harus bersikap tegas dan kritis terhadap paham-paham yang mempengaruhi NU yang pada akhirnya akan mengubah haluan sejati NU.
4. Harus selektif dalam menempatkan kader-kader NU di posisi tertentu karena ada indikasi yang mengarah pada dugaan bahwa beberapa orang yang telah terpilih terbukti berafiliasi kepada kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan Qanun Asasi NU.
5. NU dan pesantren dengan manhaj tasamuh serta tawassuth telah terbukti dapat mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan penuh toleransi. Oleh karena itu, muktamar NU bertanggung-jawab untuk mempertahankan manhaj ini dan menolak intervensi baik dari paham ekstrim kanan maupun kiri dan intervensi partai politik manapun.
6. Hendaknya warga NU berkomitmen untuk mempertahankan eksistensi Ahlussunnah Wal Jama’ah di tempat berkhidmat masing-masing dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang tertuang dalam Qanun Asasi.
7. Dalam muktamar ke 33 ini hendaknya tempat Pembukaan, sidang pleno, dan penutupan ditempatkan di Gedung Musium KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng karena kalau di alun-alun Jombang merendahkan muru’ah Ulama NU.
Situbondo, 21 Mei 2015
Bertempat di PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo
Hadir beberapa tokoh NU diantaranya KH. Muhyiddin Abdushamad selaku pengundang sekaligus memberikan sambutan pembukaan diacara Sarasehan. Kyai Muhyiddin yang juga Rais Syuriyah PCNU Jember ini mengingatkan bahwa tujuan dari didirikannya NU ini untuk menjaga dan memperjuangkan ajaran Ahlussunnah wal jama’ah.
Saat ini kita menghadapi tantangan dari aliran lain yang sudah masuk ke Indonesia. Misalnya Syi’ah, Wahabi, HTI dan lainnya, dimana mereka telah merikrut warga NU untuk menjadi pengikutnya. Dari itu saya sangat prihatin ketika ada ISNU di Cirebon yang mau mengadakan acara dengan tema “kontribusi Syi’ah terhadap Islam Nusantara”.
Padahal Aswaja NU dengan ajaran Syi’ah itu jauh berbeda. Memang kita senang dengan hidup rukun dengan berbagai macam agama dan aliran, tapi kita tidak boleh diam disaat ummat kita diambil oleh kelompok lain yang akhirnya mereka menyerang kita. Contoh saja konflik yang ada di Timur Tengah, negara Syiria. Hauthi adalah daerah Syi’ah yang minoritas, pada saat anak-anaknya keluar dari sekolah di Iran dan mereasa memiliki ilmu, senjata dan kekuatan, Syi’ah di Hauthi berani memberontak dan terjadilah peperangan. Indonesia yang sudah mayoritas sunni ini harus kita jaga jangan sampai terjadi seperti negara-negara di Timur tengah, tegas Kyai Muhyiddin.
Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi dari para Narasumber diantaranya ; KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy dengan tema ; Meneguhkan Qanun Asasi sebagai prinsip Jam’iyah NU, KH. Afifuddin Muhajir, dengan tema ; Pengertian dan Pengamalan Aswaja secara manhaji, KH. Hasan basri, Lc dengan tema ; Kiprah dan Perjuangan KHR. As’ad Syamsul Arifin untuk NU, dan KH. Hasyim Muzadi dengan tema ; Posisi strategis NU dalam wacana ke Islaman Global.
Acara berlangsung dengan suasana khidmat dan curah fikiran dari para peserta penuh dengan argumentatif dan rasional. Sehingga ada beberapa rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut :
Mencermati situasi dan kondisi menejelang penyelenggaran Muktamar NU, maka forum Silaturrahim Pondok Pesantren dan Tokoh NU, NTB, Bali, Jawa dan Madura menghimbau kepada seluruh kader dan warga NU se-Indonesia :
1. Bahwa anggaran dasar dan rumah tangga NU harus tetap merujuk kepada Qanun Asasi, terutama sistem bermazhab baik dalam bidang Akidah, Fikih, dan Tasawwuf.
2. Bahwa NU lahir dari para ulama pesantren, maka lembaga Syuriah yang merupakan reprensentasi dari ulama harus dikembalikan kepada visi awal pendirian NU, dan secara organisasi harus lebih kuat daripada Tanfidziyah.
3. Muktamar yang merupakan lembaga permusyawaratan tertinggi di dalam organisasi NU harus bersikap tegas dan kritis terhadap paham-paham yang mempengaruhi NU yang pada akhirnya akan mengubah haluan sejati NU.
4. Harus selektif dalam menempatkan kader-kader NU di posisi tertentu karena ada indikasi yang mengarah pada dugaan bahwa beberapa orang yang telah terpilih terbukti berafiliasi kepada kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan Qanun Asasi NU.
5. NU dan pesantren dengan manhaj tasamuh serta tawassuth telah terbukti dapat mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan penuh toleransi. Oleh karena itu, muktamar NU bertanggung-jawab untuk mempertahankan manhaj ini dan menolak intervensi baik dari paham ekstrim kanan maupun kiri dan intervensi partai politik manapun.
6. Hendaknya warga NU berkomitmen untuk mempertahankan eksistensi Ahlussunnah Wal Jama’ah di tempat berkhidmat masing-masing dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang tertuang dalam Qanun Asasi.
7. Dalam muktamar ke 33 ini hendaknya tempat Pembukaan, sidang pleno, dan penutupan ditempatkan di Gedung Musium KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng karena kalau di alun-alun Jombang merendahkan muru’ah Ulama NU.
Situbondo, 21 Mei 2015
Bertempat di PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo
Kontributor : M. Salam