Fenomena Dakwah Dijalanan Dari Berbagai Agama


Islamoderat.com ~ Sampaikanlah walau hanya satu ayat

Dalam sebuah penerbangan domestik selama dua jam saya terpaksa mendengarkan ceramah penumpang di samping saya. Tanpa basa-basi, bapak yang berprofesi mengaku sebagai Jaksa dan sudah berulang kali ke tanah suci itu mungkin melihat iman saya perlu diselamatkan. Maka mengalirlah berbagai untaian ttg al-Qur'an dan Hadis dari soal rumah tangga, ibadah sampai berbagai fatwa.

Tidak sekalipun saya membantah. Saya menjadi pendengar setia. Tanpa merasa perlu bertanya, beliau langsung berasumsi bahwa saya tidak paham ttg Islam. Mungkin karena wajah dan penampilan saya yang jauh dari kesan orang alim. Meski cara dia membaca ayat jauh dari kefasihan, bahkan berbagai fatwa yang dia keluarkan jauh dari qawaid fiqhiyah dan qawaid ushuliyah, saya berusaha keras untuk tidak jatuh tertidur meski sudah mengantuk berat. Kurang sopan bukan kalau orang sedang semangat hendak menyelamatkan iman saya dari api neraka dan saya, sebagai satu-satunya pendengar, malah tertidur pulas? Saya berusaha menjaga akhlak yang mulia di depan orang yang merasa dirinya jauh lebih mulia. God knew how hard I tried to stay awake during the two bloody hours flight
smile emotikon

Apa yang saya temui di tanah air, pernah pula saya temui di Australia, meski tidak harus tersiksa selama dua jam. Dalam perjalanan naik bis ke kampus, tiba-tiba seorang bule berusia di atas 50 tahun menyapa saya, dan mulai bicara ttg Bibel. Tanpa bertanya, dia langsung berasumsi bhw saya mahasiswa dari Cina yang baru datang ke Australia, dan belum pernah mendengar soal Yesus. Dia memandang iman saya perlu diselamatkan. Saya pun tekun mendengarkan selama 15 menit dan syukurlah bis segera tiba di kampus UOW. Saya segera terbebas dari sang penceramah, dan bisa melangkah ke kelas dimana para mahasiswa saya sudah menunggu saya mengajar.

Fenomena dakwah di jalanan, dari berbagai agama, semakin marak. Mereka memandang dunia ini sudah rusak dan mereka hendak menyelamatkan para pendosa yang masih saja belum menyambut panggilan untuk melaksanakan ketentuan Tuhan. Simplifikasi dakwah. Yang penting menyampaikan ayat-ayat suci, dan tugas mereka sudah selesai. Mereka tidak peduli apakah yang mendengar --sebagai objek dakwah-- akan simpati atau malah semakin antipati. Yang penting buat mereka, kebenaran, meski hanya satu ayat, telah mereka sampaikan. Mereka sejatinya tengah memuaskan diri mereka sendiri; bukan melayani Tuhan.

Tidak ada diskusi soal strategi, peta dan materi dakwah. Mereka seolah memandang rendah orang di depan mereka; semuanya dianggap tidak tahu soal ayat suci, hanya karena sekilas melihat penampilan lahiriah. Repotnya mereka terus mengulang-ngulang materi yang sama --karena memang terbatas sekali pengetahuannya. Menjajakan agama persis seperti pedagang kaki lima menjual dagangannya. Berseru pada setiap orang yang ditemuinya. Tak peduli ada yang memperhatikan atau tidak.

Dakwah model spt ini lama-lama bisa masuk kategori spam -- spt saat kita menerima email, sms atau broadcast bbm yang tidak ada kaitannya dg kita. Tiba-tiba nyelonong saja.

Oleh : Dr. Nadirsyah Hosen PhD
Rais Syuriah (Chair of Consultative Board) of Nahdlatul Ulama special branch in Australia and New Zealand.