Majalah Aula Angkat Seputar Aswaja di Kampus Umum


Islamoderat.com ~ Majalah NU Aula pada edisi Juni (1/6) mengambil topik utama “Membumikan Aswaja di Kampus Sekuler”. Tema ini diangkat karena melihat kampus umum itu lebih rentan terhadap paham-paham radikalisme dan liberalisme. Untuk itu, Aula mencoba memotret dinamika Aswaja NU di kampus-kampus umum di Indonesia.

"Kita ingin melihat kampus umum apakah masih menggunakan alamiyah An-Nahdliyah? Atau sudah mulai terkikis oleh paham radikalisme dan liberalisme," kata A Afif Amrullah, Redaktur Pelaksana Majalah NU Aula.

ITS dan Unair merupakan dua kampus umum terbesar di Surabaya. Kedua perguruan tinggi negeri ini, dikenal selalu mengeliminasi kegiatan Islam ala Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) yang cenderung emoh tahlilan, diba’an, sholawat.

"Sesungguhnya kalau kita melihat ke dalam, masih ada mahasiswa yang mau bertahlilan, sholawatan yang dimotori oleh sahabat-sahabat PMII komisariat di dua kampus tersebut," ujar Afif, sapaan akrabnya.

Selain PMII sebagai organisasi ekternal yang masih berhaluan Aswaja, di kampus Yogyakarta ada Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU). Organisasi mahasiswa NU ini berada di dua kampus umum di Yogyakarta seperti Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Kedua organ ini memiliki visi dan misi seperti PMII. Namun bedanya, PMII dan KMNU memiliki tugas dan perannya masing-masing. Kalau PMII memiliki peran sebagai organisasi pengaderan yang bergerak di sektor sosial dan politik. Sedangkan KMNU adalah organisasi kajian yang bergerak di sektor amaliyah An-Nahdliyah.

"Selain di Surabaya dan Yogya kami juga melihat kampus umum di Semarang," lanjut Afif. Kampus di Semarang yang menjadi representasi bagi Majalah Aula adalah Universitas Diponegoro.

Di universitas negeri itu, mendapat dukungan dari rektorat. Tim Aula juga berhasil mewawancarai Rektor Undip. Sang Rektor juga mendukung setiap aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh mahasiswanya.

Soal radikalisme dan liberalisme di kampus Prof Dr Yos Johan Utama menanggapi dengan serius, "Mahasiswa kan masih dalam tahap pencarian, dalam pencarian ada metode. Lha, ketika masa pencarian kebetulan ditangani orang yang salah, itu yang menjadi masalahnya," jelas Prof Johan. (Rofi’i Boenawi/Alhafiz K)

sumber nu.or.id