Allah Sang Khaliq memang Bukan Orang Arab


Islamoderat.com ~ Ketika ada pernyataan bahwa "Allah Bukan Orang Arab", ternyata banyak dari umat Islam yang berang dengan hal tersebut. Fenomena ini merupakan sesuatu yang unik sekaligus memprihatikan, karena ternyata mulai banyak yang tidak mengenal Allah dengan baik.

Dalam hal ini, penting kembali mulai mengenal Allah, Ma'rifullah, dengan segala sifat-sifat kesempurnaannya. Kembali kita harus memulai daripada pelajaran yang paling awal didalam pendidikan Islam.

Allah adalah Sang Khaliq (Pecipta) alam semesta, pencipta langit dan bumi serta seluruh isinya. Allah bukanlah makhluk. Makhluk adalah sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Sesuatu yang selain Allah adalah makhluk.

Allah Maha Ada (Maujud) sejak zaman azali. Oleh karena itu, Allah bukanlah orang #Arab, sebab Allah bukan makhluk. Allah bukan orang Indonesia, bukan orang Amerika, dan seterusnya. Sebaliknya Allah adalah pencipta seluruh makhluk, baik malaikat, jin dan manusia.

Allah juga tidak butuh pada makhluk, sebaliknya makhluk sangat membutuhkan Allah. Dalam hal ini, menjadi penting untuk kembali mengal sifat-sifat wajib bagi Allah, sebagai berikut.

1. Wujud (Ada), dan mustahil Allah bersifat ‘Adam (Tidak ada). Bukti keberadaan Allah adalah adanya  ciptaan-Nya. Ini merupakan dalil 'Aqli, sedangkan Naqlinya sebagaimana surat Ar-Ro’du ayat 16:

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ … قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. …..” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

2. Qidam (Terdahulu/Tak berawal) dan mustahil Allah bersifat Hudust (Baru/Ada awalnya). Seandainya Allah hudust (ada awalnya) pasti Allah membutuhkan yang menciptakan, dan itu mustahil bagi Allah. Dalil naqlinya adalah surat Al-Hadid  ayat 3:

{هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ} [الحديد: 3]
"ialah yang Awal dan yang akhir".

3. Baqo (Kekal/Tiada akhirnya) dan mustahil Allah bersifat Fana (Rusak/Musnah). Seandainya Allah fana (rusak atau tidak kekal) pasti Allah bersifat Hudust, dan itu mustahil bagi Allah. Dalil Naqliny aurat Ar-Rahman  ayat 27:

{وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27) } [الرحمن: 28]
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".

4. Mukholafatu Lilhawadist (Berbeda dengan makhluknya) dan mustahil Allah bersifat Mumatsalatu Lilhawadist (Menyerupai makhluknya)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Mumatsalah (menyerupai makhluk) maka Allah tidak ada bedanya dengan makhluk, dan itu mustahil. Dalil Naqli adalah Surat Asy-Syuro ayat 11:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } [الشورى: 11]
"tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,"

Dalil ini, sekaligus membantah kelompok yang berpaham mujassimah (menjisimkan Allah) dan musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluknya).

5.  Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan Dzatnya sendiri) dan mustahil Allah bersifat Ihtiyaj (Membutuhkan)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ihtiyaj (membutuhkan tempat atau pencipta) maka Allah “sifat”.Seperti warna putih(sifat), membutuhkan benda(untuk tempat), apa bila benda itu hilang maka warna putihpun akan ikut hilang. Dan itu mustahil bagi Allah. Dalil Naqli : Surat Al-Ankabut  ayat 6:

إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ  العنكبوت
"Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam".

6. Wahdaniyyat (Esa/Tunggal) dan mustahil Allah bersifat Ta’addud (Lebih dari satu). Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ta’addud (tidak tunggal) maka tidak akan ada ciptaanNya, karena apabila Allah ada dua tentu mereka akan berbagi pendapat, dan itu mustahil. Maka  tidak mungkin Allah Ta’addud.

Dalil Naqli : Surat Al Ikhlas.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
"Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

7.  Qudrat (Berkuasa atas segala sesuatu) dan mustahil Allah bersifat ‘Ajzu (Lemah/Tidak bisa berbuat apa – apa).

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah ‘Ajzu (tidak bisa apa-apa) pasti tidak akan pernah ada ciptaanNya, dan itu mustahil bagi Allah. Sedangkan Dalil Naqli : Surat Al Baqoroh  ayat 20:

إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu".

8. Irodat  (Berkehendak) dan mustahil Allah bersifat Karohah (Terpaksa). Dalil ‘Aqli adalah seandainya Allah Karohah (terpaksa) pasti Allah ‘Ajzu (lemah). Dan itu mustahil. Dalil Naqli : Surat Hud  ayat 107:

إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ  هود: 107
"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki".

9. ‘Ilmu (Maha Mengetahui) dan mustahil Allah bersifat Jahl (Bodoh). Dalil ‘Aqli (secara akal sehat) adalag seandainya Allah jahal (Bodoh) pasti Allah tidak Irodat (tidak berkehendak karena bodoh), dan itu mustahil.

Dalil Naqliny adalah Surat Al Baqoroh ayat 231:

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu".

10. Hayat (Hidup) dan mustahil Allah bersifat Maut (Mati). Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Maut (Mati) pasti Allah tidak Qudrat, tidak Iradat dan tidak ‘Ilmu, dan itu mustahil. Dalil naqli :  Surat Al Baqoroh   ayat 255:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)"

11. Sama’ (Maha Mendengar) dan mustahil Allah bersifat Shomam (Tuli). Dalil ‘Aqli (secara akal sehat) adalah  Tidak masuk akal apabila Allah tidak mendengar. Dalil Naqli : Surat Asy Syuro  ayat 11:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat".

12. Bashor (Maha Melihat) dan mustahil Allah bersifat ‘Amaa (Buta). Dalil ‘Aqli :  Tidak masuk akal apabila Allah tidak melihat. Dalil Naqli :    Surat Asy Syuro ayat 11:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat".

13. Kalam (Berfirman) dan mustahil Allah bersifat Bukmu (Tidak berfirman/tidak bisa berbicara/bisu). Dalilnya dalam surat An-Nisa ayat 164:

 وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا  النساء: 164
"dan Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung"

Umat Islam harus menyakini bahwa Kalam Allah tidak serupa dengan kalam makhluk, sebab kalam kita adalah makhluk (sesuatu yang diciptakan) dalam diri kita dengan alat berupa lisan, mulut, bibir dan lain-lain. Sedangkan Kalam Allah tidak seperti demikian.

14.  Qodiron dan mustahil Allah bersifat ‘Ajizan. Dalilnya sama dengan dalil sifat Qudrot

15.  Muridan dan mustahil Allah bersifat Karihan. Dalilnya sama dengan dali sifat Irodat

16. ‘Aliman dan mustahil Allah bersifat Jahilan. Dalilnya sama dengan dalil sifat ‘Ilmu

17. Hayyan dan mustahil Allah bersifat mayyitan. Dalilnya sama dengan dalil sifat hayat

18. Sami’an dan mustahil Allah bersifat Ashomma. Dalilnya sama dengan sifat Sama’

19. Bashiron dan mustahil Allah bersifat A’maa. Dalilnya sama dengan dalil sifat Bashor

20. Mutakaliman dan mustahil Allah bersifat Abkama. Dalilnya sama dengan dalil sifat Kalam

Dua puluh (20) sifat diatas merupakan sifat wajib bagi Allah Subhanahu wa Ta'alaa, sedangkan kebalikannya adalah sifat mustahil bagi Allah. Pelajaran yang demikian merupakan pelajaran yang paling awal didalam pendidikan Islam untuk memperkuat aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah dikalangan umat Islam. Sayangnya tidak semua umat Islam mempelajarinya.

Oleh : Ibnu ' Rabassa